Startup fintech (financial technology) di bidang remitansi, Transfez, mengumumkan telah menambah jangkauan remitansi outbound-nya menjadi ke 47 negara di 5 benua.
Negara tersebut di antaranya Australia, Hong Kong, Jepang, dan beberapa negara di Afrika dan Amerika Selatan seperti Nigeria dan Brazil.
Edo Windratno selaku Co-Founder dan CEO Transfez, mengatakan bahwa TransFaz hadir dengan tujuan memberikan kemudahan bagi konsumen yang ingin mengirimkan dana ke luar negeri, misalnya untuk biaya kuliah, untuk keluarga, biaya rumah sakit, urusan darurat mau pun pembayaran barang atau jasa bagi pelaku usaha.
“Dengan penambahan tujuan negara yang kini menjangkau 47 negara dari yang tadinya 37 negara, diharapkan dapat semakin memberi lebih banyak kemudahan kepada masyarakat,” ujar Edo.
Berlisensi dan diawasi oleh Bank Indonesia (BI) sebagai badan pelaksana penyelenggara transfer dana, proses transfer dana oleh Transfez dilakukan secara cepat.
Beberapa negara hanya membutuhkan waktu yang mendekati real-time untuk menerima dana, seperti Inggris, Australia, Singapura, Hong Kong, Filipina, Nepal, Sri Lanka, Vietnam, Pakistan, India, Nigeria, Mexico dan Ghana.
Sedangkan beberapa negara lainnya membutuhkan beberapa jam, seperti Korea Selatan dan Brazil. Dan selebihnya, hanya membutuhkan satu hari kerja untuk negara tujuan lain, seperti Eropa.
Seluruh prosedur transfer melalui Transfez, mulai dari Know Your Customer (KYC), membuat transaksi hingga tracking dijalankan melalui aplikasi.
“Keseluruhan proses yang bersifat online ini membuat pengguna tidak perlu lagi untuk keluar rumah ketika ingin melakukan pengiriman uang ke luar negeri, sehingga dapat mendukung anjuran pemerintah tentang physical distancing dan #dirumahaja,” terang Edo.
Kecepatan pengiriman yang menjadi salah satu keunggulan Transfez bahkan telah membantu pengguna Transfez di masa darurat COVID-19 ini.
Salah satu pengguna aktif Transfez, Irmansyah, mengatakan bahwa Transfez membantu permudah ia mengirimkan uang kepada anaknya yang sedang menempuh pendidikan di Inggris.
“Terakhir saat anak saya mendadak harus segera pulang sebelum lockdown COVID-19 di Inggris diberlakukan. Hanya butuh beberapa menit saja agar uang sampai di rekening anak saya di Inggris sehingga anak dapat segera mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk tiket pesawat, untuk pulang ke Indonesia,” ungkap Irmansyah.
Sekadar informasi, World Bank mencatat bahwa nilai remitansi dari Indonesia mencapai US$5,1 miliar dolar AS di tahun 2018 dan menuju Indonesia sebesar US$11,6 AS di tahun 2019 atau sebesar 1,1% dari gross domestic product (GDP) Indonesia.
Secara konsisten, remitansi merupakan salah satu sumber pemasukan keuangan dari luar negeri terbesar di Indonesia dan memiliki peranan tersendiri dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai salah satu solusi untuk menekan current account deficit (CAD).
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR