Oleh: Cin Cin Go, Country Manager Indonesia, VMware
Kebutuhan sebuah ruang kerja digital yang aman dan bebas kendala (seamless) adalah pilar untuk menghadirkan sistem kerja jarak jauh dari mana saja, kapan saja, dan dengan perangkat kerja apa aja.
Kerja dari jarak jauh bukan hal baru. Cara kerja seperti ini sudah diadopsi sejak beberapa tahun lalu. Namun pembatasan ruang gerak masyarakat akibat pandemi COVID-19 yang tengah melanda dunia saat ini telah memicu digalakkannya sistem kerja dari jarak jauh guna menunjang kontinuitas bisnis di seluruh dunia.
Maraknya penerapan sistem kerja seperti ini menuntut perusahaan untuk memprioritaskan penyuguhan digital experience bagi pengguna, karena hal ini berimbas besar terhadap neraca bisnis sebuah perusahaan. Studi Forbes mengungkapkan bahwa perusahaan yang menyediakan akses yang mudah bagi karyawan ke aplikasi-aplikasi perusahaan berhasil memangkas waktu kerja hingga 17 persen, sehingga karyawan menjadi lebih fokus pada tugas-tugas utamanya. Produktivitas dan efisiensi bisnis pun meningkat tajam.
Namun faktanya, banyak pimpinan TI kesulitan membuat rencana perubahan untuk membuat digital workspace menjadi kenyataan. Banyak peranti, kecakapan, dan proses-proses bisnis masih berbasis teknologi PC yang sudah berusia 20 tahun. Dibutuhkan sebua pendekatan baru untuk memastikan keberhasilan strategi ruang kerja digital.
Inilah lima kebutuhan mendasar yang wajib dipahami oleh manajemen maupun pemimpin TI terkait pengembangan ruang kerja digital yang aman dan bebas kendala.
Tidak mudah memang untuk menjadikan employee experience sebagai prioritas utama dalam setiap pengembangan ruang-ruang kerja digital di perusahaan. Di sisi lain, membangun kultur baru yang kuat di perusahaan sebagai pelengkap dihadirkannya employee experience sangat krusial maknanya dalam mendukung terpenuhinya kebutuhan bisnis. Selain tentunya sebagai jaminan untuk dihadirkannya perlindungan yang ketat terhadap data krusial perusahaan, terlebih dengan maraknya penerapan model kerja jarak jauh seperti sekarang ini.
TI harus memosisikan diri sebagai yang mendesain dan menyajikan pengalaman produktivitas bagi karyawan. Perusahaan perlu mempertimbangkan perangkat dan form factor yang nantinya akan digunakan dalam menunjang pekerjaan karyawan sehari-hari, lokasi tempat mereka bekerja, kebutuhan fleksibilitas, serta tersedianya beragam pilihan untuk menunjang kebutuhan karyawan maupun bagi tiap-tiap divisi dalam perusahaan. Dalam banyak kasus, hal ini membutuhkan perubahan keahlian dan budaya, tapi juga memperlihatkan adanya peluang pertumbuhan yang luar biasa di bidang TI.
Kebutuhan krusial berikutnya adalah kemampuan menghantarkan segala macam aplikasi melalui pengalaman ruang kerja digital. Kemampuan mendukung semua jenis aplikasi—baik aplikasi mobile, aplikasi berbasis cloud, web, ataupun berbasis tugas (task), hingga aplikasi berbasis Windows dan lain-lain—adalah satu keharusan. Dan tak hanya semua jenis aplikasi, TI pun harus bisa memberi dukungan ketika aplikasi itu dibuka di perangkat apapun dan di manapun karyawan bekerja. Employee experience menjadi mustahil bila perusahaan sendiri tak mampu memenuhi kebutuhan untuk dihadirkannya aplikasi-aplikasi yang mendukung mereka dalam bekerja.
Kemudahan akses terhadap aplikasi adalah krusial dalam memacu performa dan produktivitas karyawan, di mana kedua hal ini adalah faktor penting dalam menentukan kesuksesan dan profitabilitas bisnis. Menurut studi global yang digelar oleh Forbes terhadap sekitar 2.000 eksekutif dan karyawan di lini depan perusahaan, para CIO yang telah memberikan akses terhadap aplikasi perusahaan kepada karyawan memperkirakan adanya peningkatan pendapatan sebesar 18%.
Intinya, ruang kerja digital yang tidak menyertakan kemudahan akses terhadap semua aplikasi yang menunjang kebutuhan kerja karyawan belum bisa dianggap sebagai ruang kerja digital sejati. Platform ruang kerja digital itu perlu dibekali dengan kapabilitas untuk mendukung ratusan aplikasi Windows yang dimiliki perusahaan saat ini, serta mampu melayani aplikasi-aplikasi modern saat ini, seperti aplikasi berbasis web, SaaS, hingga native mobile.
Lifecycle Management sudah lama ditinggalkan. Pengelolaan perangkat modern kini memungkinkan TI mengelola dengan pendekatan berbasis cloud dan on-demand, kapan saja dan di perangkat apapun sehingga mampu memangkas biaya dan waktu sekaligus. Model pengelolaan ini menghadirkan skalabilitas yang luar biasa, sekaligus memungkinkan tim TI dalam mengelola perangkat dengan zero-touch provisioning, distribusi software yang tanpa kendala, dan penerapan keamanan intrinsic. Tak diragukan lagi bahwa dalam waktu dekat setiap perangkat yang dikelola perusahaan maupun perangkat pribadi yang mengakses data perusahaan akan terkoneksi ke platform pengelolaan perangkat modern.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |