TikTok kini memiliki kompetitor baru bertajuk Zynn yang menawarkan fitur serupa dengan TikTok.
Aplikasi ini menawarkan sejumlah fungsi, saat ini baru fungsi menonton video, namun Zynn mengklaim akan menghadirkan fungsi lainya dalam waktu dekat.
The Verge melaporkan bahwa aplikasi ini diluncurkan pada awal bulan Mei lalu, dan kini telah menjadi aplikasi telah menjadi nomor satu di Apple App Store dan masuk ke dalam daftar 10 aplikasi teratas di Google Play Store.
Zynn disebut sebagai kloning dari TikTok, sebab mengusung fungsi inti identik. Dan kedua aplikasi ini berorientasi pada fungsi untuk menikmati video dalam durasi singkat dan berorientasi portrait.
Perbedaan utama terletak pada alat penghitung mundur waktu dengan ikon dolar di bagian tengah, yang melayang di atas setiap video di Zynn. Saat menonton video, alat penghitung waktu ini terisi dan memberikan pengguna poin.
Poin ini dapat ditebus pengguna di kemudian hari sebagai uang tunai atau kartu hadiah. Sejumlah pengguna YouTube dilaporkan mengunggah video menampilkan struk pembayaran yang mereka terima setelah menonton sejumlah video di Zynn.
Sementara itu, The Information melaporkan bahwa Zynn merupakan perpanjangan dari persaingan aplikasi video di Tiongkok. Kreator Zynn, Kuaishou, merupakan startup dengan dukungan finansial bik yang menjalankan salah satu aplikasi video terbesar di Tiongkok.
Zynn menempati posisi aplikasi video terpopuler kedua di Tiongkok, setelah Douyin, versi Tiongkok dari TikTok.
Laporan The Information mengungkap bahwa Kuaishou menggunakan teknik yang sama dengan membayar penonton video di aplikasinya untuk dapat bertumbuh di Tiongkok, dan memperoleh pendapatan dari iklan.
Kuaishou baru-baru ini menerima investasi senilai USD2 miliar (Rp28,9 triliun) dari Tencent, perusahaan raksasa teknologi Tiongkok di balik WeChat.
Pada bulan Desember lalu, The Information melaporkan bahwa investasi tersebut ditujukan untuk membantu Tencent menghadapi ancamanan dari ByteDance, via TikTok dan Douyin.
Ekspansi Kuaishou ke Amerika Serikat diperkirakan mendukung tujuan tersebut, dan Tencent menggunakan strategi yang sama untuk menghadapi ByteDance dan menemukan tempat untuk aplikasinya di pasar.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR