Perusahaan penyedia layanan on-demand video streaming iFlix yang berkantor di Malaysia sedang didera krisis utang menjelang penawaran saham perdana (IPO) yang tenggatnya ditetapkan pada 31 Juli mendatang.
Untuk mengatasi krisis, pihak iFlix dikabarkan akan melego perusahaan ke calon pembeli potensial, beberapa di antaranya berasal dari China. Menurut rumor, kesepakatan akuisisi ditargetkan tercapai pada akhir bulan ini.
Sebelumnya, iFlix telah lebih dulu ditinggal oleh dua pendirinya, Patrick Grove dan Luke Elliott, yang mundur dari dewan direksi pada 9 April. Dua direktur lain di iFlix, David Nairn dan Mark Andrew Licciardo, juga mundur di hari yang sama.
IFlix kemudian menunjuk Ryan Shaw dan John Zeckendorf dari Mandala Asset Solutions sebagai anggota dewan direksi.
Mandala Asset Solutions adalah firma spesialis "distressed assets", mengacu pada aset yang akan dijual perusahaan karena kesulitan keuangan.
Pada 2018, iFlix melaporkan kerugian bersih mencapai 158,1 juta dollar AS (Rp 2,2 triliun).
Di September 2019, perusahaan memperkirakan hanya punya cukup uang untuk membiayai overhead administratif dan korporasi hingga November 2019.
Di September 2019, posisi cadangan kas iFlix berada di angka 12,7 juta dollar AS, sebagaimana dihimpun Nikkei Asian Review.
Bulan April tahun ini, iFlix merumahkan karyawan dari beragam bidang dan wilayah pasar. Jumlah pastinya tidak disebutkan.
Ketika itu iFlix mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan sebagai reaksi atas ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan wabah Covid-19. IFlix awalnya berniat melakukan IPO pada 2020.
Namun, pada Januari lalu beredar rumor bahwa hal tersebut urung dilakukan. Sebagai gantinya iFlix disnyalir berniat mengumpulkan dana tambahan sebesar 50 juta dollar AS dari investor existing.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR