Memanfaatkan momentum enterprise data cloud, Cloudera meluncurkan Cloudera Data Platform Private Cloud yang tersedia untuk private cloud berbasis Red Hat OpenShift.
Bulan September 2019, penyedia enterprise data cloud ini meluncurkan Cloudera Data Platform (CDP) yang dapat dioperasikan pada layanan cloud publik Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, dan Google Cloud. Saat itu, Cloudera belum menghadirkan layanan yang sama untuk private cloud.
Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba, saat diluncurkannya CDP Private Cloud yang oleh Cloudera bahkan disebut sebagai pencapaian tertinggi dalam ranah enterprise data cloud. Dirancang untuk lingkungan hybird cloud, layanan berbasis open source ini akan mengkoneksikan lingkungan on-premises dengan public cloud sehingga mitra Cloudera (dan atau klien mereka) dapat menggunakan sumber daya di dua lingkungan komputasi, dan memanfaatkan layanan analytics mandiri (self-service) serta memastikan keamanan dan tata kelola (governance) terhadap data. Salah satu fitur penting yang digarisbawahi Cloudera dalam peluncuran ini adalah solusi ini dibangun berbasiskan Red Hat OpenShift.
“Setiap perusahaan atau organisasi berskala besar tidak akan pernah luput dari kompetisi. Apalagi di situasi ekonomi dan persaingan global seperti sekarang ini. Untuk itulah mereka harus cermat memanfaatkan data yang mereka miliki, mengolahnya menjadi daya saing yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Ini bukanlah suatu hal yang mudah, karena data tidak akan menjadi semakin kecil. Sebaliknya, data hanya akan menjadi semakin besar dan semakin kompleks,” kata Mark Micallef, Vice President, Asia Pacific dan Jepang, Cloudera.
Mark Micallef menuturkan bahwa visi Cloudera dengan enterprise data cloud adalah pelaku bisnis dapat berstrategi terhadap proses-proses data yang kompleks di berbagai lingkungan cloud, mengatur tata kelola data, dan mengaktifkan analitik multifungsi di mana pun data tersimpan. “Dengan demikian, divisi IT kini dapat menjalankan fungsi analitik di cloud apapun, sehingga bisnis dapat memiliki kecepatan dan agility yang diinginkan dengan keamanan dan tata kelola yang sesuai kebutuhan perusahaan besar,” lanjutnya.
Menurut IDC, agility bisnis menjadi faktor pemicu paling penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan cloud. Hingga tahun 2021, lebih dari 90% perusahaan di Asia Pasifik akan mengandalkan kombinasi private cloud di dalam data center perusahaan, beberapa public cloud dan platform on-premise untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur mereka.
Di Indonesia, IDC memprediksikan bahwa pada 2023, lebih dari 50% investasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan digunakan untuk transformasi dan inovasi digital, naik dari 27% pada 2018.
"Saat ini data hadir dalam setiap bentuk yang dapat kita bayangkan, dari data terstruktur dan tak-terstruktur dan dari berbagai transaksi serta media sosial, yang banyak pengguna paling aktifnya di dunia adalah orang-orang Indonesia. Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus dapat mengolah, menganalisis, dan memanfaatkan pasokan data melimpah ini untuk mempertahankan agility bisnis mereka di tengah situasi yang mudah berubah," kata Fanly Tanto, Country Manager Cloudera Indonesia.
"Cloudera Data Platform Private Cloud diciptakan untuk mengakselerasi transformasi digital yang memanfaatkan kekuatan data melalui platform yang aman, bisa berjalan di cloud container, dapat diimplementasikan dan ditingkatkan kapasitasnya dengan cepat, efisien, dan simpel," Fany menambahkan.
Kolaborasi Red Hat OpenShift dan CDP Private Cloud akan memungkinkan berbagai divisi di perusahaan meluncurkan aplikasi-aplikasi penting dengan cepat dan menjalankannya dari mana saja, tanpa mengganggu platform yang sudah ada. Perusahaan-perusahaan kini bisa mengumpulkan, memperkaya, melaporkan, melayani dan membuat pemodelan data enterprise untuk jenis penggunaan bisnis apapun di setiap jenis cloud.
CDP Private Cloud memodernisasi platform data dengan memanfaatkan penyimpanan dan komputasi yang dipisahkan dengan container dan Kubernetes untuk mengakselerasi pencapaian ROI bisnis hingga 10 kali lebih cepat. Proses ini memastikan penanganan beban-beban kerja penting terpenuhi sesuai Service Level Agreement (SLA) dan dapat mewujudkan visi data cloud hybrid yang lebih konsisten.
CDP Private Cloud dapat meningkatkan kecepatan, skala dan nilai ekonomi cloud-native untuk siklus data yang saling terhubung, sehingga divisi TI dapat memenuhi semua kebutuhan bisnis:
"Infrastruktur cloud-native seperti Kubernetes memberikan fondasi kuat untuk platform analitik data generasi berikutnya,” kata Dirk Peter van Leeuwen, Senior Vice President and General Manager, Asia Pacific, Red Hat. “Kami senang sekali dapat menyediakan solusi container yang sesuai untuk CDP Private Cloud dengan Red Hat OpenShift guna membantu berbagai organisasi/perusahaan mentransformasi data menjadi informasi penting yang lebih jelas dan bisa mereka tindaklanjuti .”
CDP Private Cloud saat ini berada dalam tahap tech preview oleh beberapa pengguna Cloudera dan dijadwalkan tersedia di kuartal-3 2020.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR