Keluar masuk kamar pas (fitting room) demi mendapatkan gaun atau pakaian yang pas di badan lama-lama bisa melelahkan. Satu perusahaan startup berinovasi menciptakan teknologi 3D scan untuk memudahkan proses fitting.
Mulai musim gugur ini, beberapa mal di AS, yang dikelola oleh Brookfield akan mengoperasikan kamar pas virtual hasil inovasi Fit:Match.
Founder dan CEO Fit:Match, Haniff Brown, ingin mendisrupsi industri apparel, di antaranya melalui proses fitting. Dengan cara ini, perusahaan dapat lebih memahami pelanggannya, sampai ke ukuran baju, celana, dan baju, yang pada gilirannya akan meningkatkan bisnis.
"Bagaimana agar belanja pakaian menguntungkan? Batasi return dan tingkatkan conversion rate," tegas Haniff Brown. Menurutnya, perusahaan tak perlu menghabiskan banyak dana marketing jika sudah memahami pelanggannya.
Bagi Brookfield, kehadiran teknologi Fit:Match akan menarik minat pengunjung mal, terutama pengunjung usia muda.
Fit: Match sebenarnya sudah lama mengembangkan teknologi ini. Pebisnis ritel juga sejak lama telah mempertimbangkan kamar pas virtual. Namun hingga saat ini, konsep virtual fitting room belum ada yang berkembang dalam skala yang signifikan. Namun pandemi diperkirakan akan membuatnya naik daun.
Di era New Normal, orang-orang diperkirakan tidak akan nyaman menggunakan kamar pas. Sebuah survei mengungkapkan bahwa 49% konsumen millenial merasa tidak aman mencoba pakaian di kamar pas, bahkan saat pandemi telah melandai nantinya. Bahkan 71% dari konsumen baby boomers memiliki pendapat yang sama.
Polling yang diselenggarakan oleh perusahaan analytics First Insight ini menemukan bahwa 65% dari responden perempuan merasa tidak aman mencoba pakaian di kamar pas. Sedangkan dari kalangan konsumen pria, 54% menyatakan hal yang sama.
Teknologi scan Fit:Match sepenuhnya tanpa sentuhan (contactless). Scanner akan memindai konsumen selama 10 detik untuk mendapatkan informasi berbagai ukuran dari tubuh konsumen. Informasi tersebut kemudian disinkronisasikan dengan inventori peritel sehingga sistem dapat menampilkan berbagai item yang sesuai dengan ukuran konsumen.
Tiap user akan mendapatkan semacam ID dan konsumen dapat mempersonalisasi ID tersebut seandainya ukuran tubuh konsumen berubah.
Haniff Brown memprediksi bahwa toko-toko apparel brick-and-mortar akan menjadi "kendaraan untuk memenuhi kebutuhan". Dan di masa depan, keberadaan virtual fitting room akan menjadi syarat minimal di toko atau mal yang menjual apparel.
Source | : | CNBC |
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR