Salah satu efek "positif" dari pandemi COVID-19 di dunia, setidaknya menurut sejumlah pihak, adalah mengakselerasi atau mempercepat transformasi digital. Contoh yang paling mencolok tentu saja adalah bekerja dari mana saja yang dalam hal ini adalah bekerja dari rumah. Pendapat tersebut pun diamini oleh BTN (Bank Tabungan Negara) melalui Andi Nirwoto (Direktur Operation IT & Digital BTN) pada webinar InfoKomputer Tech Gathering dengan tema "Mengelola Infrastruktur Digital di Era New Normal” yang berlangsung pada Selasa 16 Juli 2020. Namun, berdasarkan pengalaman BTN, fokus pada transformasi digital yang dilakukan pun berubah.
"Meskipun kita bank, gitu ya, bank pada dasarnya sudah merencanakan beberapa inisiatif digitalisasi ya, tetapi betul bahwa memang begitu kita masuk ada pandemi, ini mendorong jadi lebih cepat, gitu ya. Mau gak mau kita, ada beberapa inisiatif yang harus kita dorong lebih cepat, " ujar Andi Nirwoto. "Dan tentunya ada tambahan-tambahan variabel, gitu ya, yang tadinya katakanlah, tadi yang saya sampaikan, awalnya kita fokus ke customer, ternyata dengan adanya pandemi ini, juga, transformasi digital juga harus kita memfasilitasi bagaimana employee kita tetap produktif," jelas Andi Nirwoto lebih lanjut.
BTN memang sudah mengimplementasikan teknologi digital pada sebagian besar interaksinya dengan konsumen. Namun, mayoritas nasabah BTN masih berinteraksi dengan BTN secara fisik alias masih datang ke kantor cabang fisik BTN. Akibat pandemi COVID-19, sebagian besar kantor cabang fisik BTN tidak dibuka sehingga interaksi antara nasabah BTN dengan BTN banyak yang dilakukan secara jarak jauh. Bahkan pada masa tertentu, kantor cabang fisik BTN yang dibuka hanya sekitar 20% sampai 30%. Alhasil BTN harus membuat kantor cabang virtual yang menawarkan layanan seperti pada kantor cabang fisik dengan ketersediaan, keandalan, dan keamanan yang baik.
Sebenarnya interaksi secara jarak jauh itu sejalan dengan slogan baru BTN yang menyatakan bahwa kegiatan perbankan dilakukan dari rumah, termasuk mengurus KPR (Kredit Pemilikan Rumah). BTN melihat interaksi secara jarak jauh tersebut akan menjadi new normal atau tuntutan baru. Dengan kata lain, transformasi digital BTN sebelum pandemi COVID-19 berfokus pada konsumen dan pandemi COVID-19 mengakselerasi transformsi digital itu.
"Bahkan kami pun di, di, di BTN nih, slogannya baru, gitu ya, jadi berbanking dari rumah, banking from home, termasuk KPR form home," sebut Andi Nirwoto.
Namun, pandemi COVID-19 juga memaksa sebagian besar karyawan BTN bekerja dari rumah. Alhasil BTN pun harus bertransformasi digital secara cepat untuk memastikan karyawannya yang bekerja dari rumah itu tetap produktif seperti halnya bekerja di kantor. Jadi, berkat pandemi COVID-19, fokus dari transformasi digital BTN pun harus disesuaikan; bila sebelum pandemi COVID-19 fokus transformasi digital BTN adalah konsumen, kini fokus dari digital transformasi BTN juga pada karyawannya.
"Ini yang mungkin menjadi challenge, challenge besar bagi perbankan ya atau financial institution pada umumnya," ucap Andi Nirwoto. "Pada saat pandemi kemarin, tentunya kita, kalau katakanlah 70%, 80% employee bekerja dari rumah, kita ingin tetap produktivitas itu terjaga, termasuk kontrol kita, supervisor harus bisa melakukan kontrol, bagaimana tim sales, bagaimana tim collection, bagaimana teman-teman yang lain tetap bisa kita kontrol, dan lagi-lagi reliability dan security-nya tetap terjaga," tambah Andi Nirwoto.
Nah, untuk mendukung digital transformasi tersebut, BTN tentunya harus menyediakan infrastruktur dan aplikasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu BTN melakukan pemetaan. Dari pemetaan bersangkutan bisa ditentukan strategi yang akan ditempuh BTN, termasuk penyesuaian yang harus dilakukannya. Dari pemetaan bisa diketahui komponen infrastruktur dan aplikasi apa saja yang dampaknya besar, serta bisa ditentukan apakah akan dilakukan secara mandiri atau bersama dengan mitra.
BTN sendiri menggandeng sejumlah mitra yang salah satunya adalah Telkomsigma. Pasalnya BTN memiliki keterbatasan sumber daya sehingga tidak efisien bila mengerjakan semuanya secara mandiri, termasuk dari sisi biaya.
"Bagi kami, banking, effort kita mungkin bisa jadi tidak bisa serta merta kita self-support secara keseluruhan ya. Jadi, katakanlah kalau kita akan fokus ke aspek people, kenapa? Karena kita harus merubah culture juga dalam hal transformasi digital, kita juga bisa sebagian dari effort terkait tranformasi aplikasi dan infrastruktur, bisa kita kerja samakan dengan partner," pungkas Andi Nirwoto.
KOMENTAR