Protokol kesehatan Covid-19 mengharuskan setiap orang diukur suhu tubuhnya saat berkunjung ke tempat umum, seperti mal, kantor, atau tempat ibadah.
Salah satu yang paling sering digunakan adalah thermometer gun atau yang sering disebut thermo gun.
Thermogun adalah alat ukur suhu atau termometer dengan metode non kontak. Artinya, pengukuran suhu dilakukan tanpa menyentuh objek yang diukur.
Departemen Fisika Kedokteran Klaster Medical Technology IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mmeluruskan berita mengenai termometer tembak atau thermo gun yang dianggap dapat membahayakan otak.
Termometer tembak sendiri merupakan alat praktis untuk mendeteksi salah satu gejala Covid-19 seperti demam dan suhu badan. Alat tersebut banyak digunakan di perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan dan tempat publik lainnya. Mereka yang memiliki suhu di atas 37,5 derajat, tidak boleh masuk ke area-area tersebut.
Berdasarkan rilis FK UI, keberadaan laser, yang dituduh berbahaya untuk otak--pada termometer tembak pada dasarnya hanya sebagai petunjuk, selayaknya laser pointer dalam presentasi.
Laser tersebut dianggap tidak memiliki efek berbahaya untuk otak, meski tetap tidak dibolehkan menembak ke arah mata secara langsung. Hal tersebut dikhawatirkan dapat dapat merusak retina pada mata. Teknologi termometer tembak ini mampu menangkap energi radiasi dari tubuh dan ditampilkan dalam berupa angka digital temperatur derajat celcius pada thermo gun.
Prinsip teknologi serupa diterapkan pada kamera termal skrining temperatur di bandara serta thermal goggles di militer untuk mendeteksi keberadaan seseorang di malam hari yang gelap.
"Termometer inframerah memang beragam jenisnya ada yang di telinga dan dahi. Nah, thermo gun di dahi ini untuk mendeteksi Covid-19 lebih efektif karena membuat si pemeriksanya tanpa perlu menyentuh," tulis rilis tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan adalah akurasi pengukuran temperatur bergantung pada jarak dan sudut alat thermogun terhadap objek yang diukur. Maka dari itu, jangan heran jika hasil pengukuran bisa berubah-ubah.
Pada awalnya, thermo gun bukanlah alat medis melainkan untuk keperluan industri mengukur temperatur benda dengan jarak pengukuran ideal 12 centimeter.
Karena itu, thermo gun untuk industri dan medis berbeda. Pun penggunaan thermo gun industri untuk mendeteksi temperatur tubuh manusia tidak tepat, karena bukan peruntukannya
Penjelasan yang disusun Prasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T., Ph.D, dr. Anindya Pradipta Susanto, B.Eng, MM, r. Muhammad Hanif Nadhif, S.T. , Muhammad Satrio Utomo, M.Sc dari Departemen Fisika Kedokteran/Klaster Medical Technology IMERI FKUI pada akhirnya menyimpulkan thermo gun tidaklah memancarkan radiasi.
Sebagai alat pengukur suhu, sebagai indikator kesehatan, thermo gun direkomendasikan untuk dikalibrasi minimal satu tahun sekali. Kalibrasi diperlukan agar skrining suhu terjaga akurasinya karena informasi yang salah bisa membuat gagal skrining suhu (positif palsu dan negatif palsu) sehingga membahayakan banyak orang.
Dua Jenis Thermo Gun
Direktur Standar Nasional Satuan Ukuran Termoelektrik dan Kimia Badan Standardisasi Nasional (BSN), Ghufron Zaid menjelaskan, sebenarnya ada dua jenis thermo gun yang beredar di masyarakat, yaitu thermo gun klinik untuk mengukur suhu tubuh manusia dan thermo gun industri.
“Pada dasarnya, kedua termometer non kontak ini memiliki prinsip yang sama, yaitu menangkap panas yang dipancarkan oleh obyek ukur,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/7/2020).
Ia menjelaskan, secara alami dan sesuai dengan hukum fisika, setiap benda akan memancarkan panas, termasuk tubuh manusia. Panas inilah yang kemudian ditangkap oleh sensor yang ada di dalam thermogun tersebut.
Tidak heran, thermo gun juga dikenal dengan nama infrared thermometer, karena panas yang dideteksi oleh sensor tersebut berada pada panjang gelombang cahaya infra merah (infrared).
Meski demikian, thermo gun klinik dan thermo gun industri tetap memiliki perbedaan. Itu terletak dari rentang ukur dan jarak ukurnya. Thermo gun klinik mempunyai rentang ukur 32 - 42 derajat celsius, dengan akurasi sampai dengan 0,2 derajat celsius.
Sedangkan thermo gun industri mempunyai rentang ukur yang lebih besar, yakni sampai dengan 500 derajat celsius atau lebih, dengan akurasi sampai dengan 1,5 derajat celsius.
Maka agar deteksi suhu bisa akurat, jarak ukur thermo gun klinik tidak bisa terlalu jauh. Pada umumnya, produsen thermo gun sudah memberikan informasi tersebut di dalam petunjuk pemakaian, yakni berkisar antara 1-10 sentimeter.
"Berbeda dengan thermo gun klinik, thermo gun industri dapat digunakan untuk mengukur suhu dari jarak jauh," kata Ghufron.
Ia menjelaskan, thermo gun industri dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang sulit dijangkau tangan manusia. Misal, karena letaknya yang tinggi, seperti di trafo listrik atau benda yang berbahaya untuk didekati karena suhunya sangat tinggi, seperti pada proses peleburan logam.
Sehingga untuk membantu mengarahkan thermo gun industri tepat ke titik pengukuran dengan lebih baik, maka pabrikan melengkapinya dengan laser. “Jadi laser di sini hanya dipakai untuk membantu mengarahkan atau alignment saja, bukan untuk mengukur suhu benda yang diukur,” terangnya.
Tentu, sebagai alat ukur, thermo gun harus dipastikan kebenaran hasil pengukurannya. Sebab hasil pengukuran tersebut akan digunakan oleh tenaga medis untuk mendiagnosa pasien. Kesalahan diagnosa dapat berakibat kesalahan treatment.
Meski demikian, Ghufron menekankan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan pengukuran suhu tubuh menggunakan thermo gun sebagai salah satu rangkaian protokol kesehatan. Ia mengingatkan, agar masyarakat menggunakan thermo gun jenis klinik untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih baik daripada thermogun industri.
“Penggunaan thermo gun klinik secara benar tidak membahayakan pasien maupun petugas medis,” pungkas Ghufron.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR