Platform kredit digital Kredivo bersama dengan Katadata Insight Center baru-baru ini merilis hasil riset yang bertajuk “Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia.”
Riset yang berdasarkan studi kasus Kredivo dan memanfaatan data primer sampel transaksi dari enam pemain e-commerce terbesar Indonesia ini dilakukan guna mengetahui gambaran mendalam terkait tren dan perilaku konsumen online.
Riset ini menemukan bahwa peningkatan jumlah rata-rata transaksi e-commerce per bulan dari kuartal pertama menuju kuartal terakhir pada 2019 menunjukkan kepercayaan dan kenyamanan yang semakin mendalam terhadap e-commerce.
Puncak peningkatan ini terjadi pada bulan Desember 2019 dengan jumlah transaksi lebih besar 22% daripada rata-rata jumlah transaksi bulanan.
Peningkatan kepercayaan dan kenyamanan dalam berbelanja online ini juga membuat konsumen merasa lebih yakin saat bertransaksi dalam nominal besar.
Hal ini terlihat dari rata-rata nilai transaksi yang meningkat dari 2018 ke 2019 di hampir semua tiga belas (13) kategori produk seperti komputer dan aksesorisnya.
Lily Suriani selaku General Manager Kredivo Indonesia, mengatakan “Adaptasi kebiasaan baru dengan berbagai perubahan perilaku masyarakat menuntut pelaku bisnis terus memahami tren dan perilaku konsumen, baik itu sebelum maupun saat pandemi. Kami percaya dengan adanya riset ini akan memberikan manfaat bagi strategi bisnis para mitra e-commerce seiring dengan kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi dalam berbelanja online, termasuk menggunakan pembayaran digital.”
Lebih lanjut, Lily memaparkan tren positif kepercayaan tersebut juga berlanjut ke semester pertama tahun 2020.
Data internal Kredivo mencatat peningkatan frekuensi pembelian di e-commerce yang terus berlanjut, khususnya pada barang-barang kebutuhan pokok.
Selain pergeseran kebiasaan masyarakat dari transaksi offline menjadi transaksi online dan peningkatan adopsi digital, hal ini menandakan bahwa masyarakat tetap percaya pada e-commerce meskipun di tengah situasi menantang saat ini.
Di sisi lain, riset juga menemukan bahwa potensi pertumbuhan e-commerce di luar Jawa cukup baik meski jumlah dan nilai transaksi e-commerce Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa.
Sebagai contoh di level kota, beberapa kota besar di luar Jawa memiliki konsumen e-commerce yang cukup banyak, seperti Medan, Palembang dan Denpasar.
”Pertumbuhan e-commerce di luar Pulau Jawa Ini juga menjadi sinyal baik bagi inklusi digital, di mana penetrasi internet, daya beli dan upah minimum regional (UMR) menjadi daya dorong utama dalam peningkatan transaksi digital per populasi,” tambah Lily.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR