AWS (Amazon Web Services) belum lama ini telah mengumumkan pemenang dari DeepRacer Women’s League Indonesia. Seperti namanya, AWS DeepRacer Women’s League adalah AWS DeepRacer League yang ditujukan untuk wanita. Mengambil lokasi di Asia Tenggara, AWS DeepRacer Women’s League pertama di dunia itu, telah dan akan berlangsung di sejumlah negara Asia Tenggara. Juara pertama sampai ketiga dari masing-masing negara akan maju ke babak grand final untuk saling bersaing di level ASEAN. Babak grand final tersebut diperkirakan AWS akan berlangsung pada bulan Oktober 2020 yang akan datang.
Seperti yang InfoKomputer sampaikan di sini, AWS DeepRacer Women’s League bertujuan untuk mendukung perempuan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand berpartisipasi di sektor teknologi lewat pengembangan kemahiran pada bidang ML (machine learning). Meski diyakini tidak kalah dengan pria dalam ML, AWS menilai kesadaran akan hal tersebut masih rendah. AWS berharap dengan DeepRacer Women’s League, kesadaran akan hal itu bisa meningkat dan sewajarnya lebih banyak wanita yang tertarik untuk berpartisipasi dalam ML.
"Jadi kenapa fokusnya kemudian pada wanita? Nah, di sini di Amazon kami juga memiliki inklusi dan keberagaman sebagai bagian dari nilai-nilai inti kami. Dan yang menjadi alasan dari hal ini adalah karena kami adalah suatu perusahaan yang konsumensentris, dan kami melayani berjuta-juta konsumen di berbagai belahan dunia, yang datang dari berbagai sektor yang sangat berbeda, mewakiliki aneka grup pengguna yang sangat berbeda, para pengguna, [sehingga] kami burtuh untuk memiliki suatu tenaga kerja yang beragam yang benar-benar mengerti berbagai kebutuhan dari basis konsumen kami yang beragam," ujar Vincent Quah (Regional Head of Education, Research, Healthcare, and Not-For-Profit APAC Public Sector, AWS).
Meski tidak menyebut jumlahnya secara pasti, AWS mengklaim banyak wanita yang mengikuti AWS DeepRacer Women’s League di Indonesia. Pemenangnya adalah Nathania Saphira dari Universitas Kristen Duta Wacana. Kriteria peserta AWS DeepRacer Women’s League memang adalah wanita berumur 17 tahun ke atas dan sedang kuliah di politeknik atau universitas di ASEAN. Khusus AWS DeepRacer Women’s League Indoensia tentunya yang merupakan mahasiswi di Indonesia.
Adapun AWS DeepRacer League adalah kejuaraan balap menggunakan AWS DeepRacer Vehicle yang sepenuhnya otonom dan telah disuntik dengan teknologi RL (reinforcement learning) — bagian dari ML. AWS DeepRacer Vehicle merupakan mobil balap dengan ukuran 1/18 asli yang mampu menjalankan inference pada suatu model AWS DeepRacer yang telah dilatih untuk autonomous driving. AWS DeepRacer League diumumkan pada AWS re:Invent 2018 dan telah digelar sejak 2019. Balap ini terbuka untuk diikuti oleh siapa saja, termasuk yang belum memiliki pengetahuan ML sebelumnya maupun mereka yang ingin bereksperimen dengan ML untuk pertama kalinya.
Pada AWS DeepRacer League, peserta melombakan AWS DeepRacer Vehicle-nya yang menjalankan model ML yang telah dikembangkan maupun dioptimalkannya. Selain mendapatkan hadiah, AWS DeepRacer League juga memungkinkan peserta untuk membandingkan model ML-nya dengan para peserta lain dan belajar bersama. AWS DeepRacer League hadir secara fisik dan secara virtual. Sejalan dengan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, AWS DeepRacer Women’s League pun tentunya hadir secara virtual.
AWS DeepRacer Women’s League sendiri sebenarnya merupakan bagian dari program yang lebih besar. Program tersebut adalah Build On, ASEAN 2020. Build On, ASEAN 2020 adalah program AWS bersama mitranya untuk memberikan pengetahuan seputar cloud dan AWS kepada para pelajar dan mahasiswa di ASEAN. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan mereka sebagai tenaga kerja agar memiliki keahlian yang diperlukan oleh perusahaan saat ini dan di masa depan, seperti halnya pada Industri 4.0. Pertama kali hadir pada tahun 2019; Build On, ASEAN 2020 adalah penyelenggaraan yang kedua.
"Build On, ASEAN 2020 hackathon ini sebenarnya adalah suatu platform untuk para pelajar dari aneka institusi kejuruan, politeknik, dan universitas untuk belajar, beride, mengembangkan, dan berkompetisi, dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka pelajari mengenai cloud, dan tentunya mengenai AWS, ke dalam permasalahan nyata di dunia," jelas Vincent Quah.
KOMENTAR