Beberapa waktu lalu, perusahaan keamanan siber asal Rusia yaitu Kaspersky menggelar webinar Asia Pasific Online Policy Forum bertajuk “Cyber-resilience in the new normal: risks and new approaches.”
Dalam webinar tersebut, Eugene Kaspersky (CEO Kaspersky) mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengubah aktivitas harian orang-orang di seluruh dunia. Yang contohnya adalah aktivitas bekerja dan belajar yang harus dilaksanakan dari rumah.
Bersamaan dengan aktivitas yang harus berjalan seperti itu, serangan siber juga turut mengalami peningkatan dengan menargetkan para karyawan dari berbagai jenis perusahaan di dunia.
Kaspersky sendiri melihat adanya peningkatan jumlah aplikasi jahat sebesar 25% dengan angka lebih dari 400.000, di mana angka sebelum adanya pandemi yaitu 300.000.
“Inilah kenyataan hari ini dan mengapa memiliki strategi keamanan siber yang tepat bahkan lebih penting sekarang di tengah pandemi,” kata Eugene.
Eugene pun menegaskan bahwa saat ini semua pihak perlu untuk menanamkan "immunity" sebagai konsep dalam diri bahwa keamanan adalah kebutuhan primer.
“Kita bukan lagi bicara keamanan siber, tapi cyber immunity. Jika sudah mengerti dan menerapkan hal ini, bahkan perusahaan-perusahaan di masa datang tidak memerlukan lagi solusi keamanan,” ujar Eugene.
Dalam kesempatan yang sama, David Koh (Commissioner of Cybersecurity and Chief Executive of the Cyber Security Agency of Singapore) mengungkapkan bahwa situasi pandemi telah mengubah cara beraktivitas dari pemerintah, perusahaan/organisasi dan individu dalam waktu yang tergolong amat singkat.
Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan harus terus beroperasi dengan beradaptasi dengan sistem karyawan bekerja dari rumah, begitu juga berinteraksi dengan mitra dan pelanggan secara online.
Baca Juga: IDC Memprediksikan Belanja Keamanan TI Akan Bertumbuh Tahun Ini
"Hal-hal yang menurut sebagian orang terlalu sulit untuk dilakukan pada sembilan bulan lalu kini harus diubah dalam semalaman," ucap Koh.
"Kami harus secara fundamental beradaptasi dan menerapkan teknologi baru secara harfiah dalam semalaman, dan belum lagi ada banyak dari teknologi baru yang digunakan kurang terjamin keamanannya," jelas Koh kembali.
Basis data perusahaan misalnya, harus diperluas sehingga karyawan dapat mengaksesnya dari lingkungan rumah mereka dan kontrol keamanan yang ada sebelumnya di perusahan tidak lagi relevan.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR