vivo, vendor smartphone yang pada kuartal pertama 2020 menduduki peringkat pertama di Indonesia, berkomitmen untuk terus memberikan kepuasan kepada konsumennya melalui inovasi berkelanjutan.
Salah satu bukti yang dilakukan vivo adalah dengan memperkuat lini Research & Development (R&D) yang tersebar di sejumlah negara.
Edy Kusuma (Senior Brand Director, vivo Indonesia) melalui keterangan pers yang diterima InfoKomputer mengungkapkan, keberadaan pusat R&D serta basis produksi yang tersebar di berbagai negara menjadi langkah penting vivo untuk terus berfokus pada kepentingan dan kepuasan konsumen.
Sampai tahun ini, vivo memiliki 9 pusat R&D yang dikembangkan di beberapa kota, meliputi Shenzhen, Dongguan, Nanjing, Beijing, Shanghai, dan Hangzhou, Taipei, Tokyo, dan San Diego.
Masing-masing pusat R&D berfokus untuk mengembangkan inovasi berkualitas dengan beragam sektor yang berbeda.
Untuk vivo R&D di Dongguan dan Shanghai menangani sektor pengembangan hardware. Sementara, pusat R&D di Shenzhen, Beijing, dan Hangzhou berfokus pada pengembangan software, teknologi internet, dan artificial intelligence (AI). Pusat R&D di Shenzhen, Beijing, dan juga Taipei merupakan pusat pengembangan teknologi komunikasi vivo.
Adapun untuk mengembangkan teknologi pencitraan, yang mencakup pengembangan inovasi kamera, vivo mengandalkan pusat R&D di Tokyo dan San Diego.
vivo R&D sendiri telah berkontribusi secara signifikan dalam setiap terobosan inovasi yang dihadirkan vivo. Walhasil produk-produk yang dihasilkan tidak semata berfokus pada teknologi, tapi juga terlihat manfaatnya bagi konsumen.
Beberapa inovasi pun sudah dihasilkan vivo melalui pusat R&D-nya. Beberapa di antaranya adalah APEX yang merupakan seri purwarupa untuk merepresentasikan teknologi baru yang dikembangkan vivo, teknologi kamera Pop-Up, teknologi In-Display Fingerprint Authentication, teknologi Soundcasting, dan yang terbaru teknologi Gimbal Stabilization yang diperkenalkan tahun ini.
“Semua fitur inovatif tersebut dikembangkan berdasarkan penelitian mendalam tim R&D kami terhadap tren dan kebutuhan konsumen. Contohnya, vivo X50 Series terbaru yang muncul dengan sistem Gimbal Stabilization Technology,” ujar Edy Kusuma.
Sebagai investasi jangka panjang, vivo juga memiliki agenda untuk memperkuat kapasitas produksinya di sejumlah negara. Saat ini vivo telah memiliki 5 pusat manufaktur, termasuk pusat manufaktur berlisensi, yang berlokasi di Tiongkok, India, Bangladesh, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, vivo mengalami peningkatan basis produksinya sejak dioperasikan pertama kalinya pada tahun 2016 silam. Tidak hanya untuk mendukung persentase Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk setiap produk yang diluncurkan, tetapi basis produksi vivo di Indonesia juga berfokus dalam memenuhi kebutuhan pasar untuk berbagai macam seri vivo yang meluncur di Indonesia.
Saat ini vivo juga tengah membangun gedung kantor pusat baru di distrik Bao'an, Shenzhen, Tiongkok. Gedung yang mulai dibangun sejak Mei 2020 lalu ini direncanakan akan selesai pada tahun 2025. Setelah rampung, kantor pusat baru ini akan menjadi tempat bekerja bagi sekitar 5.800 karyawan, serta vivo flagship store terbaru.
KOMENTAR