Contoh penerapan Artificial Intelligence (AI) di sektor keuangan terbilang sudah cukup banyak. Satu lagi contoh penerapan AI yang inovatif datang dari Visa.
Contoh penerapan AI di sektor keuangan baru-baru ini diumumkan oleh Visa, yaitu berupa Smarter Stand-in Processing (Smarter STIP). Kemampuan baru yang memanfaatkan real time AI ini dapat membantu institusi keuangan mengelola otorisasi transaksi ketika terjadi gangguan pada layanan.
Smarter STIP menggunakan teknik deep learning untuk menganalisis transaksi yang sudah terjadi untuk, atas nama penerbit kartu kredit, membuat keputusan menyetujui atau menolak transaksi saat sistem offline karena ada gangguan. Visa sendiri sebelumnya sudah menggunakan AI dan neural networks untuk mencegah fraud. Smarter STIP disebut-sebut sebagai inovasi berbasis AI pertama yang akan dibenamkan pada global processing network VisaNet.
"Konsumen mengharapkan akses instan dan tanpa gangguan saat mereka mengakses dana, dan biayanya mahal jika gagal memenuhi harapan itu. Stand-in processing selalu menjadi perlindungan vital bagi klien kami saat terjadi hal yang tidak diharapkan, kami siap membantu. Dengan menambahkan AI, kemampuan (stand-in processing) menjadi lebih cerdas,kuat, dan lebih dinamis," jelas Jack Forestell, Executive Vice President and Chief Product Officer, Visa seperti dikutip dari laman Fintech News.
Service downtime, entah karena pemeliharaan rutin maupun sistem yang mati mendadak, adalah gangguan bagi institusi keuangan dan pelanggannya. Jika stand-in processing tidak siap, potensi dampaknya akan besar. Penerbit kartu dapat kehilangan pendapatan karena transaksi gagal, pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pelanggan, hingga membanjirnya komplain ke customer service center, rusaknya reputasi, dan pemeriksaan oleh pihak regulator.
Layanan Smarter STIP dikembangkan dengan kemampuan deep learning untuk menganalisis transaksi yang sudah lewat hingga ke level pemilik kartu kredit. Keputusan transaksi yang dibuat oleh Smarter STIP didasarkan pada insight unik yang diperoleh dari perilaku pembelian nasabah. Jadi keputusan ini tidak dibuat berdasarkan rumus statistik belaka.
Dengan adanya kecerdasan ini, Visa dapat memberikan keputusan transaksi atas nama penerbit kartu di mana keputusan tersebut mencerminkan proses pengambilan keputusan oleh institusi penerbit kartu yang bersangkutan. Disebutkan bahwa kemampuan ini berpotensi menekan presentase penolakan transaksi yang dalam beberapa kasus bisa mencapai 50%.
Source | : | Fintechnews.sg |
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR