Pada awal tahun ini, dalam sebuah langkah menghentikan penyebaran disinformasi atau hoax, banyak platfor media sosial memang telah mulai mengambil langkah untuk menyaring deepfake.
Facebook pada Januari misalnya mengumumkan akan meremove media yang dimanipulasi hingga menyesatkan.
TikTok dan Twitter memiliki kebijakan serupa, yang kebanyakan melakukannya dengan menandai foto atau video yang dianggap berpotensi menyesatkan, atau mengurangi kemampuannya bisa dibagikan.
Microsoft sendiri bekerja sama dengan koalisi perusahaan pers, termasuk The New York Times dan BBC, memperkenalkan teknologi barunya itu untuk memastikan seluruh konten yang akan dicerna publik benar-benar autentik.
Caranya dengan memungkinkan setiap produsen konten menambahkan menu digital berupa deretan angka dan huruf yang berperan seperti sidik jari unik dari setiap konten. Menu digital itu akan hidup terus sebagai metadata kemanapun foto dan video itu beredar.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR