Mewabahnya pandemi COVID-19 sejak awal 2020, membuat masyarakat dunia harus beradaptasi, khususnya dalam bekerja.
Masyarakat dihadapkan pada situasi yang menuntut untuk bekerja jarak jauh (remote working) atau bekerja dari rumah (work from home).
Keputusan perusahaan-perusahaan di dunia untuk menerapkan sistem remote working bertujuan agar karyawannya tetap sehat, tetapi aktivitas bisnis juga dapat tetap berjalan.
Adaptasi cara kerja baru harus dilakukan. Awalnya banyak karyawan merasa janggal dengan situasi ini.
Baca Juga: Berteknologi AI, WD Purple Terbaru Bidik Pasar Perekaman Video
Namun, lama kelamaan, bekerja secara remote akhirnya menjadi rutinitas baru yang digemari oleh sebagian besar masyarakat dunia.
Rapat, pengambilan keputusan, hingga koordinasi antar tim tidak lagi dilakukan bertatap muka secara langsung, melainkan melalui teknologi video conference.
Video conference menjadi cara baru bagi perusahaan untuk bertemu dengan rekan kerja satu kantor maupun klien di luar perusahaan.
Karyawan menginginkan rapat online yang lancar
Meski memiliki banyak kemudahan, mengubah pertemuan offline menjadi online ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Baca Juga: Dukung Startup Indonesia, Jungle Ventures Komitmen Perluas Investasi
Faktanya, 50 persen dari pengguna layanan video conference rata-rata butuh 10 menit hanya untuk bersiap-siap masuk ke “ruang meeting”.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR