Salah satu dari daya tarik cloud berkaitan dengan bagaimana teknologi ini memberi kemungkinan yang sebelumnya tidak tersedia. Pemerintah yang progresif dan mendukung bisnis pun memiliki peran penting. Di Singapura, lembaga pemerintah seperti Infocomm Media Development Authority of Singapore (IMDA) memimpin gerakan untuk mendorong usaha kecil dan menengah, serta perusahaan besar untuk mengadopsi kemampuan digital yang canggih melalui inisiatif seperti GoCloud, membantu mereka untuk tetap kompetitif selama kondisi ekonomi yang kurang baik.
Para perusahaan pun dapat menggunakan cloud untuk mempercepat pengembangan dan penerapan inovasi baru. Salah satu perusahaan di industri layanan kesehatan bernama Zuellig Pharma menghadapi tantangan logistik dan supply chain di Asia karena lockdown yang diterapkan di berbagai negara. Solusi yang mereka ambil untuk membantu rumah sakit, klinik dan apotek di Singapura, Malaysia, dan Filipina dalam hal mempertahankan stok obat-obatan mereka ialah melalui platform pemesanan dan pembayaran yang berbasiskan cloud. Migrasi mereka ke cloud pun telah memampukan mereka untuk mengimplementasikan platform tersebut dalam hitungan minggu.
Pada tahap ini, pertanyaan untuk para pemimpin bisnis bukanlah “kapan mereka bisa menjadi cloud-ready”, tetapi “apakah tidak masalah bagi mereka untuk tetap tertinggal dan berisiko keluar dari siklus inovasi”.
Masa Depan dari Invoasi adalah Data dan Cloud
Berbagai perusahaan telah memiliki rencana kelangsungan bisnis untuk menanggapi insiden seperti bencana alam, tetapi hanya sebagian di antara mereka yang telah memiliki kemampuan untuk mengatasi dampak dari pandemi seperti yang saat ini kita hadapi. Bagi Intel, mengingat bagaimana pandemi ini berlanjut tanpa kepastian akan kapan pandemi ini akan berhenti, rencana kelangsungan bisnis kami dan integrasi cloud yang berkelanjutan untuk fungsi sehari-hari kami telah menjadi “new normal” kami.
Sebuah laporan dari Boston Consulting Group mencatat bahwasanya bisnis di Asia Pasifik sangat ingin menggunakan cloud dan semua yang ditawarkannya, tetapi tantangan seperti minimnya talenta yang tepat untuk membantu pengadopsian cloud dan perbedaan antara prioritas bisnis dan TI memperlambat proses adopsi. Pengeluaran pada public cloud dan layanan yang berkaitan dengannya bertambah dengan tingkat tahunan gabungan sebesar 25% di wilayah Asia Pasifik. Sekalipun investasi di bidang cloud hanya menyumbang sekitar 5% dari rata-rata anggaran TI, angka ini kemungkinan akan berlipat ganda pada tahun 2023 atau sebelumnya. Pertumbuhan ini pun diperkirakan akan memengaruhi ekonomi secara signifikan (dan positif).
Studi lainnya menemukan bahwa pertumbuhan di public cloud dapat berkontribusi ke dampak ekonomi total sebesar lebih dari US$450 miliar di enam negara utama di Asia Pasifik (Australia, India, Indonesia, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan) dari tahun 2019 sampai 2023.
Perlu diingat, bahwa cloud-readiness juga menyiratkan kebutuhan untuk memahami data yang dihasilkan oleh tempat kita bekerja, hidup, dan bermain secara efektif. Perubahan teknologi utama saat ini – mencakup kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI), transformasi jaringan melalui 5G, dan pertumbuhan smart edge – membantu untuk mengumpulkan dan menganalisis data tersebut dengan lebih baik.
Insight dari data yang dapat ditindaklanjuti ini mendorong inovasi yang kita butuhkan untuk melalui masa yang tidak menentu dan membangun masa depan kita bersama. Cloud membuat perjalanan inovasi tersebut dengan cara membantu Anda untuk tetap fokus pada hal-hal yang paling penting – bisnis Anda dan pelanggan Anda. Dengan menyederhanakan perjalanan penerapan teknologi dan menyediakan ruang tanpa batas untuk ekspansi dan inovasi, bisnis yang tangguh pun dapat dibangun.
Seiring dengan berjalannya waktu dan sampainya kita pada penghujung tahun 2020, ada satu hal yang jelas: cloud dan teknologi di dalamnya akan memegang peran penting dalam membentuk cara kita bekerja dan hidup.
KOMENTAR