Fitur-fitur cerdas yang dikembangkan dalam rangka mengatasi pandemi COVID-19, seperti sensor social distancing, kantong sanitasi, masker built-in akan mendorong adopsi smart clothing di kawasan Asia Pasifik dalam dua tahun ke depan, menurut GlobalData.
Menurut Manish Chaurasiya, Senior Technology Analyst, GlobalData, integrasi teknologi ke dalam pakaian sehingga menjadikan pakaian itu cerdas, tidak saja menarik minat para penggemar kebugaran dan olah raga. “Tapi juga akan diminati oleh para profesional di bidang kesehatan sehingga mereka dapat melacak dan menganalisis suhu tubuh, detak jantung, frekuensi nafas, dan ventilasi semenit pada pasien COVID-19 secara real time dari jarak jauh,” jelas Manish Chaurasiya.
Dalam ekosistem teknologi wearable, smart clothing terhitung sebagai segmen yang masih sangat kecil (niche). Meski demikian sudah ada startup di kawasan Asia Pasifik yang mencoba mengeksplorasi ceruk pasar wearable ini. Ada Xenoma, sebuah startup asal Jepang, yang meluncurkan e-skin Sleep & Lounge, piyama pintar yang dirancang khusus untuk pengguna lansia. Selain itu, Xenoma juga mengembangkan gesture tracking e-skin untuk bermain gim.
Chaurasiya menjelaskan bahwa startup-startup tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan investasi modal dan perusahaan tekstil ternama. Startup smart clothing ini juga mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru di bidang kesehatan dan medis. Misalnya, startup India ReTiSense telah mengembangkan smart insole untuk memprediksi terjadinya komplikasi kronik diabetic foot ulcer (DFU). Ada juga Cyrcadia Asia yang membuat smart bra yang dapat mendeteksi dini kanker payudara dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence.
Google pun telah menyediakan teknologi smart clothing melalui proyek Jaquard sejak tahun 2017 untuk perusahaan-perusahaan seperti Levi’s and Adidas. Sementara raksasa teknologi lainnya, seperti Microsoft dan Apple, juga ingin ikut ambil bagian dalam segmen yang terus tumbuh ini. Pada akhir tahun 2019 lalu, Microsoft mengajukan hak paten untuk benang khusus yang dapat digunakan dalam smart clothing. Dan Apple pun tak ketinggalan untuk mempatenkan teknologi health monitoring untuk smart clothing.
“Penundaan dan pembatalan sementara terhadap penyelenggaraan acara olahraga serta disrupsi supply chain akibat COVID-19 dapat memengaruhi adopsi smart clothing di 2020 ini. Namun dengan situasi yang diharapkan kembali normal pada tahun 2021, fitur-fitur cerdas untuk COVID-19, munculnya use case baru, paten pada teknologi smart clothing, dan dimulainya lagi ajang olahraga secara bertahap akan mendorong pertumbuhan segmen ini untuk selanjutnya,” tutur Manish Chaurasiya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR