Pandemi COVID-19 memberikan banyak keuntungan kepada penyedia layanan video conference, Zoom.
Zoom melaporkan pendapatan sebesar US$777,2 juta atau sekitar Rp11 triliun pada keuangan kuartal III-2020. Jumlah ini naik signifikan sebesar 367 persen atau nyaris empat kali lipat, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Secara keseluruhan, laba bersih Zoom pada kuartal III-2020 adalah US$198,4 juta (sekitar Rp2,8 triliun). Sementara, laba kotor turun 66,7 persen.
Zoom melaporkan bahwa sekitar 1.289 pelanggan telah memberikan kontribusi pendapatan lebih dari US$100.000 (sekitar Rp1,4 miliar) dalam kurun 12 bulan.
Saat ini total pelanggan Zoom adalah 433.700 pelanggan dengan lebih dari 10 pegawai, meningkat hampir empat kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, tidak disebutkan berapa angka pertumbuhan jumlah pelanggan Zoom di kuartal ketiga, dibandingkan kuartal sebelumnya.
Tingginya jumlah pelanggan itu tidak lepas dari pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang memanfaatkan Zoom untuk kebutuhan tatap muka, seperti rapat dengan rekan kerja, sampai sekolah online.
"Kami fokus menjadi platform yang digunakan untuk berkomunikasi secara inovatif, aman, andal, dan berkualitas untuk pengguna kami agar tetap terhubung satu sama lain serta menjadi layanan untuk pembelajaran online," ujar CEO Zoom, Eric Yuan dalam laporan perusahaan.
Hasil ini membuat Zoom meningkatkan proyeksi pendapatan pada kuartal IV-2020, dari US$806 juta menjadi US$811 juta (dari sekitar Rp11,4 triliun menjadi Rp11,5 triliun).
Zoom memperkirakan pendapatan pada tahun fiskal 2021 akan mencapai di kisaran US$2,57 miliar atau US$2,58 miliar (sekitar Rp36,3 triliun atau Rp36,5 triliun) seperti dikutip ZDNET.
Sementara, analis memprediksi bahwa pendapatan rata-rata Zoom akan berada di kisaran US$730 juta (sekitar Rp10,3 triliun) dan US$2,4 miliar (sekitar Rp33,9 triliun) untuk tahun fiskal 2021.
Source | : | ZDNet |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR