Lion Air boleh dibilang maskapai paling sibuk di tanah air. Setiap hari, Lion Air melayani 1600 kali penerbangan yang menyambangi 41 kota di Indonesia dan 19 kota di mancanegara.
Jejaring penerbangan yang luas ini pun membuka potensi baru, yaitu di bidang pengiriman barang. Potensi inilah yang dimanfaatkan Lion Group melalui layanan logistik Lion Parcel. Memanfaatkan bagasi pesawat yang tak selalu penuh terisi, Lion Parcel menawarkan layanan logistik yang cepat dan luas dari sisi jangkauan. “Kirim barang ke Medan atau Papua bisa sampai dalam sehari,” ungkap Arrad Fajri (Head of Product Lion Parcel) mengungkapkan kekuatan Lion Parcel.
Mudahkan Pengguna
Arrad sendiri adalah sosok yang saat ini dipercaya memimpin digitalisasi di Lion Parcel. Berbekal pengalaman di perusahaan digital seperti Tencent dan Bukalapak, Arrad bertanggung jawab mengembangkan layanan berbasis digital di industri logistik yang terbilang masih konservatif. “Jadi saya bertanggung jawab mengembangkan mobile apps dan internal system di Lion Parcel,” ungkap Arrad.
Lion Parcel sendiri bukan sekadar layanan logistik first mile yang mengantarkan barang antar kota di Indonesia. Mereka juga memiliki layanan last mile, alias pengiriman barang sampai lokasi pengguna. Seperti perusahaan logistik lain, Lion Parcel memanfaatkan agen yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia untuk melayani pengguna. Namun Lion Parcel juga berinovasi dengan memiliki mobile apps untuk memudahkan pengguna mengirim barang tanpa harus keluar rumah.
“Tinggal pesan menggunakan aplikasi, 15 sampai 20 menit kemudian kurir kami akan menjemput barang di lokasi pengguna,” cerita Arrad. Mirip seperti konsep ojek online, kurir yang bertugas menjemput barang dari pengirim adalah mitra kerja yang tergabung di ekosistem Lion Parcel. “Siapa saja bisa menjadi kurir Lion Parcel, tinggal download aplikasi lalu datang ke kantor untuk melakukan seleksi dan training,” cerita Arrad.
Saat ini, sudah lebih dari 1000 kurir yang tergabung di Lion Parcel. Layanan jemput barang ini tersedia di beberapa kota utama Indonesia, seperti Jabodetabek, Bandung, Joglosemar, Surabaya, Denpasar, Medan, dan delapan kota lainnya. “Sedangkan untuk area yang terlalu luas untuk diakses secara cepat dengan sepeda motor, tetap menggunakan agen,” tambah Arrad.
Selain memudahkan pengguna, mobile apps Lion Parcel juga dimanfaatkan sebagai kanal penjualan produk. “Intinya kami ingin membalik pola. Selama ini, kan, pengiriman biasanya dari Jakarta ke luar daerah. Kami mencoba supaya produk dari daerah, seperti makanan khas atau oleh-oleh, yang dikirim ke Jakarta,” ungkap pria yang mengaku fans berat Manchester United.
Saat ini, layanan pembelian di aplikasi Lion Parcel ini terbatas untuk pengiriman makanan dari Bandung ke Jakarta. Jika Anda kangen makan batagor Burangrang atau brownies Kartika Sari, Anda bisa memesan dengan ongkos kirim cuma Rp.5000 per kilogram. Jika pesan sebelum jam 12, makanan favorit Anda pasti diterima esok harinya.
Arrad berharap, akan semakin banyak produk khas kota-kota di Indonesia yang bisa diantarkan Lion Parcel dengan cepat dan murah. “Jadi pesan Bika Ambon [dari Medan] hari ini, besok sudah sampai,” tambah Arrad menceritakan mimpinya.
Bebenah Sistem
Selain mengembangkan mobile apps, tugas utama Arrad saat ini adalah mendigitalisasi proses bisnis pengiriman barang. Yang utama adalah mengimplementasikan sistem pelacakan barang atau tracking. Berbasis teknologi barcode, pengguna Lion Parcel kini bisa secara detail melacak barang kirimannya, seperti sudah sampai titik mana dan diproses oleh siapa.
Selain meningkatkan layanan ke pelanggan, digitalisasi proses ini juga penting bagi manajemen Lion Parcel dalam menyusun strategi ekspansi bisnis. “Tantangan bisnis logistik adalah cost operation yang besar, karena harus ada gudang atau bahan untuk packing,” cerita Arrad.
Karena itu, ekspansi bisnis harus dilakukan dengan hati-hati. Di sinilah peran data operasional sehari-hari sebagai pijakan penting dalam menyusun strategi. “Berdasarkan data, kita bisa melihat kota mana yang banyak transaksinya atau kota mana yang permintaannya banyak tidak terpenuhi,” cerita Arrad.
Arrad memang memiliki mimpi besar untuk menjadikan Lion Parcel sebagai data driven company, alias perusahaan yang mengambil keputusan berdasarkan data. “Mungkin karena latar belakang saya banyak di startup yang terbiasa mengambil keputusan pakai data,” ungkap Arrad sambil tersenyum kecil.
Arrad mengakui, jalan ke sana masih panjang. Apalagi, tim teknologi Lion Parcel relatif masih “bayi”. “Kami bisa dibilang mengembangkan dari nol karena sebelumnya sistem di Lion Parcel menggunakan vendor,” cerita Arrad yang bergabung ke Lion Parcel tahun lalu tersebut.
Pandemi yang terjadi saat ini ternyata juga membawa hikmah tersendiri. Frekuensi pengiriman barang meningkat empat kali lipat, dan mobile apps terbukti memudahkan pengguna Lion Parcel dalam melakukan transaksi. “Jadi saat ini adalah momen yang tepat untuk ngebut di digital,” tambah Arrad.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR