Tema data sebagai aset strategis bagi perusahaan dan organisasi masih terus mewarnai tren teknologi di 2021. Perusahaan enterprise data cloud, Cloudera, memprediksi empat tren yang akan mendominasi tahun 2021. Keempat tren ini berpotensi memengaruhi strategi data perusahaan-perusahaan yang ada di Asia Pasifik (APAC).
Empat tren tersebut adalah terjadinya data storm seiring penggelaran dan pemanfaatan jaringan 5G yang kian masif; peningkatan akses ke machine learning dan demokratisasi data; implementasi infrastruktur hybrid yang meningkatkan kebutuhan tata kelola data; dan meningkatnya perhatian terhadap etika kecerdasan buatan (AI).
"Walaupun tahun ini menyiratkan berbagai ketidakpastian, satu hal yang pasti adalah bahwa data akan terus memainkan peranan yang sangat penting pada tahun 2021 dan tahun-tahun mendatang," tutur Daniel Hand, Field CTO for APJ, Cloudera. Banyak organisasi/perusahaan telah memanfaatkan data untuk memperkuat daya tahan (resiliency) bisnis mereka dalam 12 bulan terakhir. Langkah berikutnya adalah menggunakan data untuk meraih agilitas yang dibutuhkan untuk mengatasi disrupsi yang disebabkan bencana yang tak diinginkan, di masa depan. Untuk melakukan itu, mereka perlu memastikan bahwa strategi datanya betul-betul dapat mengantisipasi empat tren yang bakal mendominasi tahun ini."
Tren 1: Adanya 5G di Asia Pasifik dan terjadinya data storm
Adanya teknologi 5G akan berdampak pada strategi data perusahaan sebab teknologi ini dapat memberikan konektivitas yang masif bagi Internet of Things (IoT). Satu jaringan 5G dapat menangani sampai 1 juta connected devices di area seluas 1 kilometer persegi. Senior Engineer Lead, Fajar Muharandy menyebut 5G sebagai penanda gelombang digitalisasi kedua yang akan memicu data storm. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik yang mengadopsi teknologi IoT harus siap-siap bernavigasi di tengah data storm yang diciptakan oleh connected devices.
Tren 2: Machine learning bisa diakses oleh siapa saja
Ketika perusahaan-perusahaan bertransformasi digital, mereka akan menghadapi pertumbuhan data yang eksponensial dan meningkatnya kompleksitas teknologi-teknologi baru. Semakin banyak perusahaan yang menggunakan machine learning dalam upaya memanfaatkan data tersebut. Alih-alih adopsi secara menyeluruh, banyak dari perusahaan itu yang mengambil pendekatan adopsi machine learning sedikit demi sedikit. Walhasil, perusahaan sulit menjadi betul-betul data-driven.
Perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik bisa mengatasi masalah ini dengan mengoperasionalkan machine learning, artinya betul-betul memanfaatkan machine learning tanpa bantuan dari TI dan tim data science. Implikasinya adalah perusahaan harus melakukan demokratisasi terhadap data.
Tren 3: Tata Kelola data akan mengemuka di jagad hybrid cloud
Hybrid cloud saat ini sudah menjadi pilihan default bagi kebanyakan perusahaan. IDC memprediksi bahwa pada 2021, lebih dari 90 persen perusahaan di Asia Pasifik (kecuali Jepang) akan mengandalkan perpaduan antara on-premise/dedicated private cloud, beberapa public cloud, dan platform lama (legacy) untuk menjawab kebutuhan infrastruktur mereka.
Dengan data yang menyebar di seluruh hybrid cloud, sangat penting bagi perusahaan untuk mengamankan dan mengelola data-data itu secara efektif, entah digunakan atau tidak. Perusahaan yang pengamanan dan tata kelola datanya lemah tak hanya rentan menjadi korban cyberattack maupun ancaman dari dalam, tapi juga akan kesulitan mematuhi berbagai regulasi seperti peraturan perlindungan data dan kewajiban Know Your Customer (KYC).
Tren 4: AI dirundung persoalan etika
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR