Inovasi berbasis Artificial Intelligence (AI) tumbuh pesat. Hal itu terlihat dari jumlah pengajuan paten teknologi sepanjang tahun 2020 lalu.
GlobalData memperkirakan bahwa ada kebutuhan mengotomatisasi proses bisnis guna meningkatkan efisiensi dan kontrol terhadap biaya di balik lonjakan pengajuan paten AI oleh perusahaan dan vendor teknologi.
“Jumlah pengajuan paten yang sangat banyak di bidang AI ini mengindikasikan adanya pergeseran paradigma dari riset teoritis. Para pemimpin teknologi dengan modal besar mulai berburu talenta AI dari perguruan tinggi untuk mengembangkan aplikasi praktis. Lagi pula AI termasuk industry-agnostic dan dapat melengkapi teknologi lainnya, seperti big data, Internet of Things, dan robotika," komentar Venkata Naveen, Senior Disruptive Tech Analyst, GlobalData.
Menurut data dari Patents Database yang dirilis oleh Disruptor Intelligence Center GlobalData, pengajuan paten AI terbanyak datang dari Samsung. Bahkan jumlah paten Samsung ini mengalahkan pengajuan oleh perusahaan-perusahaan yang kerap disebut sebagai raksasa teknologi, seperti Alphabet, Intel, IBM, dan Microsoft. Diketahui bahwa perusahaan asal Korea ini sedang memperluas cakupan risetnya tentang teknologi AI yang difokuskan pada peningkatan gaya hidup.
Hampir seperempat dari paten yang diajukan oleh Alphabet datang dari startup AI, seperti DeepMind, Waymo, dan Verily, di mana hal ini juga memperlihatkan perilaku akuisisi startup AI oleh raksasa teknologi.
Daftar top 10 tidak hanya diisi oleh vendor besar di bidang teknologi. Bank asal Amerika, Capitol One, juga ada di daftar dengan pengajuan paten AI untuk otomatisasi layanan customer support. Ada juga perusahaan robotika Fanuc dan produsen produk-produk optis, Canon.
Perang untuk meraih supremasi di bidang AI ini juga dapat dilihat dari pengajuan paten berdasarkan geografi. AS berada di posisi teratas, diikuti oleh Tiongkok. Separuh dari perusahaan di daftar top 10 berasal dari AS. Dan sisanya datang dari Asia Pasifik, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan.
“AI telah menunjang banyak tugas-tugas kritis, mulai dari mencari rute terdekat pada Google Maps hingga memprediksi epidemi. Namun ini baru sebagian kecil saja dari penerapannya (AI), dan potensi sebenarnya dari AI sulit dipahami saat semua paten itu disetujui. Pengajuan paten AI tidak hanya sebagai standar untuk mengukur strategi digital perusahaan di masa depan tapi juga setidaknya menjawab pertanyaan 'siapa pemenang dari lomba supremasi AI ini'," pungkas Naveen.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR