Saat ini pendiri Alibaba Group, Jack Ma tidak lagi menjadi orang terkaya di Cina, suatu gelar yang menempel pada dirinya sejak 2019 lalu. Berdasarkan daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, Jack Ma kini berada di posisi keempat dalam daftar orang terkaya di Cina dengan nilai aset mencapai US$48,5 miliar.
Di peringkat pertama, orang terkaya di Cina, ada pengusaha pembuat air minum kemasan Nogfu Spring Zhong Shanshan dengan kekayaan US$74,3 miliar.
Kemudian ada nama pendiri Tencent, Ma Huateng dengan US$67,6 miliar di peringkat kedua, dan CEO situs belanja Pinduoduo Colin Zheng Huang dengan US$61,9 miliar di peringkat ketiga.
Daftar serupa juga dirilis oleh firma riset asal Cina, Hurun Research Institute yang biasa merilis daftar orang-orang terkaya di dunia.
Berdasarkan laporan terbarunya, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, Jack Ma harus berada di luar posisi tiga teratas (posisi keempat) dalam daftar orang terkaya di Cina, "dikalahkan" oleh Shanshan, Huateng, dan Huang.
Menurut riset Hurun, nilai kekayaan Ma yang makin menurun ini disebabkan oleh tekanan dan pengawasan ketat pemerintah Cina terhadap perusahaan-perusahaan yang Ma rintis.
"Orang terkaya di dunia tahun lalu, Ma, harus rela keluar dari posisi tiga besar dalam daftar orang terkaya di Cina dalam tiga tahun terakhir," ujar pihak Hurun dalam laporannya.
"Hal ini terjadi setelah regulator Cina memperketat pengawasan terhadap Alibaba dan Ant Group terkait dugaan praktik monopoli," imbuh mereka.
Belum bisa diprediksi apakah Ma akan kembali merebut posisi sebagai orang terkaya di Cina di kemudian hari atau tidak. Yang jelas, hal itu agaknya sulit untuk terwujud apabila Ma masih belum muncul ke publik secara aktif dan masih "dikekang" oleh pemerintah China.
Tekanan dari Pemerintah Cina
Sebagai informasi, Ma, yang juga merupakan mantan guru bahasa Inggris, mendadak "hilang" setelah melontarkan kritik pedas terhadap regulator finansial dan perbankan Cina dalam sebuah pidato di Shanghai, Cina, 24 Oktober lalu.
Sekitar Januari lalu, Ma kemudian tampil kembali di ruang publik dalam sebuah video berdurasi 50 detik.
Sejak itu, sosok Ma tak tampak lagi. Sebelum "menghilang", dia sempat melontarkan kritik tajam terhadap regulasi keuangan di Cina.
Ia menuding bahwa bank-bank di Cina beroperasi dengan mentalitas "rumah gadai" menyangkut jaminan untuk kredit.
Ia juga berpendapat bahwa regulasi perbankan yang berlaku dinilai menghambat inovasi dan harus direformasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan Ma agaknya membuat panas telinga pemerintah Cina yang kemudian memperketat regulasi bisnis fintech, sehingga perusahaan Ant Group milik Ma gagal melantai di bursa saham.
Pemerintah Cina pun membentuk satuan tugas (satgas) untuk menyelidiki dugaan praktik monopoli yang dilakukan oleh Alibaba. Selain membentuk satgas, pemerintah Cina juga belakangan menyusun aturan baru mengenai ant-monopoli untuk "menjinakkan" raksasa teknologi di Cina, seperti Alibaba dan Tencent.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR