Startup daerah minim akses ke jaringan investor, AMVESINDO menggelar AMVESINDO Pitching Days 2021 untuk mempertemukan inovator daerah dengan para investor.
Ajang yang digelar di bulan Maret - April ini diharapkan dapat mempertemukan inovator lokal dengan investor, masing-masing dari berbagai skala, sektor bisnis, dan domisili. Startup yang mengikuti ajang ini pun berkesempatan terekspos dengan lebih dari 70 PMV, PMVD, dan VC Tech yang merupakan anggota AMVESINDO (Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia). (https://amvesindo.org/anggota-detail-list/)
Masalah Utama Startup Daerah
Pertumbuhan startup di Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Menurut catatan Startup Ranking, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.219 perusahaan di tahun 2021[1].
Meski demikian, mayoritas startup berada di Pulau Jawa, khususnya Jabodetabek. Padahal, semakin banyak inovator lokal dengan ide dan inovasi menarik yang muncul beberapa tahun terakhir, seperti startup teknologi akuakultur E-Fishery asal Jawa Barat, layanan kesehatan mental on-demand Riliv asal Surabaya, dan aplikasi pengelolaan sampah Gringgo asal Bali.
Salah satu kunci pertumbuhan startup yang merata adalah akses pendanaan yang terjangkau di seluruh daerah. Menurut AMVESINDO, ekosistem startup daerah sebetulnya sudah mulai terbentuk dengan adanya perusahaan modal ventura daerah (PMVD). Sayangnya, sorotan dan perhatian pada PMVD dan startup di daerah lebih minim dibanding di kota-kota besar. Perlu adanya titik temu antara kebutuhan dan kemampuan keduanya agar tercapai kemitraan investasi yang solid. Inilah yang mendorong AMVESINDO untuk menggelar ajang “AMVESINDO Pitching Days 2021” di bulan Maret-April ini.
William Gozali, Wakil Ketua I AMVESINDO menjelaskan, “Minimnya network ke investor memang masih jadi masalah utama yang dihadapi startup daerah. Kami berharap semakin banyak startup daerah yang berani pitching (presentasi) seperti startup di kota-kota besar. Semakin tinggi jam terbang lewat ikut kompetisi, demo, workshop, inkubator, maka akan semakin mempertajam pemahaman startup dengan bisnis mereka sendiri. Untuk itu, sebagai asosiasi, AMVESINDO memfasilitasi baik startup dan PMV agar saling menemukan dan sama-sama berkembang.” ungkap William.
Sementara dari sisi investor daerah, Rimawan Yasin, Ketua Bidang Keanggotaan AMVESINDO mengungkapkan, saatnya PMVD beranjak dari zona nyaman dengan menjajal beragam vertikal bisnis baru yang lebih menantang. “Hampir 90% PMVD masih terbiasa dengan pembiayaan produktif yang disalurkan ke sektor riil. Salah satu penyebabnya karena masih kurang eksplorasi dan kurang berani bermain pada sektor lain yang lebih beragam. Lewat ajang ini kami harapkan, PMVD bisa mulai memperluas portofolio investasi dengan menggarap sektor lain seperti sektor ekonomi kreatif atau teknologi dari para inovator di daerah,” ujar Rimawan.
Permintaan Pendanaan Tahap Awal (Early Stage)
Menurut data Tech in Asia, sepanjang 2020, pendanaan paling banyak diberikan untuk startup tahap awal[2]. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan pendanaan tahap awal, seiring banyaknya startup baru yang lahir. Selaras dengan temuan tersebut, AMVESINDO turut mendorong agar tren pendanaan tahap awal ini terus berlangsung, oleh karena itu, ajang ini memfasilitasi startup yang mencari pendanaan tahap awal, mulai dari pra-series hingga seri A.
Menurut William, selain akses pendanaan, startup daerah juga rentan mengalami tantangan sustainability bisnis karena minimnya support system untuk perkembangan bisnis mereka. “Tahap awal adalah tahap yang krusial bagi startup, karena di tahap ini, startup tidak hanya membutuhkan dana untuk pengembangan produk dan set up sistem saja, namun juga butuh peran mentoring dari investor, bagaimana menerapkan mitigasi risiko dan menentukan strategi revenue yang tepat. Sayang sekali apabila ide-ide produk atau bisnis yang menarik tidak mampu bertahan karena founders mengambil langkah yang tidak tepat," ujar William.
Innovator dan Investor Daerah Didorong Tumbuh Bersama
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR