Dalam bagian selanjutnya pada laporan riset ini, IDC memaparkan sejumlah persyaratan wajib untuk digital core modern. Core banking modern ini mensyaratkan adanya 25 ciri khas yang harus ada pada sistem tersebut, di antaranya on-demand analytics, intelligent configuration, flexible licensing, penghematan biaya, dan lain-lain.
"IDC telah mengkaji gelombang investasi baru dalam digital core banking system di Asia Pasifik, dan kini dapat menyatakan, berbagai bank siap memperoleh fitur-fitur core banking system generasi baru. Kini, core banking system akhirnya lebih efisien, lebih berorientasi pada nasabah, dan lebih gesit. Seharusnya, tak ada negara dan bank di kawasan ini yang menunggu 'saat yang tepat untuk bertransformasi'. Sekarang adalah saatnya," Michael Araneta, Head of Advisory and Research, IDC Financial Insights menegaskan.
"Negara-negara di Asia kini bisa memanfaatkan efisiensi yang ditawarkan arsitektur cloud-native, kerangka kerja yang berorientasi API, dan fitur-fitur low-code enhancement yang melekat pada digital core sesungguhnya," tawar Nick Wilde, Managing Director, Asia Pasifik, Thought Machine.
Pendekatan Low-code
Thought Machine sendiri mengembangkan core banking engine bernama Vault. Dengan pendekatan low-code, Vault ditawarkan untuk membantu bank-bank yang ingin tampil gesit di tengah lingkungan yang cepat berubah. Pendekatan Vault yang berorientasi pada API dan bersifat seketika real-time, juga telah dikupas, terutama kemampuannya dalam menyederhanakan integrasi dengan sistem-sistem lain, terhubung dengan program Open Banking, serta membantu berbagai bank untuk memanfaatkan kanal-kanal digital terbaru.
Laporan riset ini ditutup dengan evaluasi atas pendekatan migrasi yang tersedia bagi bank-bank lama ketika bertransformasi ke sistem digital core banking. Vault disebut memiliki kemampuan untuk melayani berbagai jenis migrasi: mengurangi kerumitan, risiko, dan biaya yang terdapat pada proses tersebut.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR