Semakin banyak solusi keamanan yang diimplementasikan tidak selalu memberikan perlindungan yang lebih baik, menurut hasil survei Acronis Annual Cyber Protection Week.
Survei yang kedua kalinya digelar Acronis ini mengungkap ketidakselarasan yang berbahaya antara kebutuhan organisasi untuk menjaga agar data tetap terproteksi dengan investasi yang dilakukan organisasi untuk mewujudkan hal tersebut.
Survei yang diikuti oleh 4.400 user dan profesional TI dari 22 negara di enam benua menemukan bahwa 80% perusahaan menjalankan sebanyak 10 solusi proteksi data dan keamanan siber. Namun lebih dari separuh dari organisasi-organisasi tersebut mengalami downtime tak terduga tahun lalu akibat kehilangan data.
Menurut Acronis, temuan-temuan dalam survei ini menunjukkan bahwa lebih banyak solusi diterapkan tidak memberikan proteksi lebih baik. Dan dalam banyak kasus, mengelola proteksi dengan banyak solusi justru menimbulkan kompleksitas dan mengurangi visibilitas tim TI yang pada akhirnya malah menambah risiko.
“Survei Cyber Protection Week jelas memperlihatkan bahwa lebih banyak solusi tidak memberikan proteksi lebih besar, karena menggunakan tool yang berbeda-beda untuk menangani jenis-jenis eksposur adalah rumit, tidak efisien, dan mahal," cetus Serguei “SB” Beloussov, Founder dan CEO Acronis. Menurutnya, temuan-temuan ini mengonfirmasi keyakinan Acronis bahwa pendekatan yang lebih cerdas adalah proteksi siber yang menyatukan proteksi data, keamanan siber, dan pengelolaan endpoint sebagai satu solusi tunggal.
Kesenjangan Pemahaman Tambah Tantangan
Survei ini juga menemukan adanya kesenjangan (gap) yang signifikan di antara IT pro dan user dalam kesadaran (awareness) tentang kapabilitas TI dan keamanan siber yang tersedia bagi mereka. Kesenjangan ini dapat membuat mereka rugi waktu, biaya, dan keamanan.
Inilah temuan Acronis:
*68% dari IT user dan 20% dari IT pro tidak mengetahui jika data dimodifikasi tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini terjadi karena solusi yang digunakan malah menyulitkan mereka untuk menentukan serangan itu.
*43% dari IT user tidak tahu apakah solusi anti-malware yang digunakan dapat menghentikan zero-day threat karena solusinya tidak memudahkan tersedianya informasi. Padahal kemudahan akses terhadap insight semacam itu penting untuk memastikan data tetap terproteksi.
*10% dari IT pro tidak tahu apakah organisasinya harus mematuhi regulasi data privacy. Ketidaktahuan ini membuat mereka tidak dapat mengimplementasikan strategi atau tidak dapat mengevaluasi solusi yang dibutuhkan. Hal ini akan meningkatkan risiko bisnis kena denda.
Menjawab tantangan biaya, efisiensi, dan keamanan tersebut, Acronis menawarkan Acronis Cyber Protect Cloud sebagai platform di mana para penyedia managed bisa membangun layanan TI. Untuk pengguna bisnis, Acronis menghadirkan solusi on-premises Acronis Cyber Protect 15.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR