LG Electronics resmi menutup bisnis smartphone-nya dan proses penutupan akan rampung pada 31 Juli 2021. Salah satu penyebab LG menyerah karena LG tidak bisa bersaing di dalam pasar smartphone yang ketat.
Apalagi, gempuran smartphone asal China yang 'menggila' dalam beberapa tahun terakhir. Smartphone buatan China menawarkan kualitas dan harga terjangkau yang sangat menggiurkan pelanggan.
Selain LG, ada sejumlah brand smartphone lain yang bernasib sama dan bangkrut. Berikut ini adalah beberapa vendor yang telah menutup bisnis smartphonenya.
1. Ericsson
Sempat berjaya pada 1990-an, Ericsson resmi menutup bisnisnya. Semua berawal pada 1998, di mana Ericsson menghadapi masalah dalam proses pengembangan ponsel model Ericcsson T28.
Akibat masalah tersebut, waktu peluncuran ponsel yang awalnya direncanakan pada momen Natal 1998 molor hingga akhir 1999. Tanggal rilis Ericsson T28 pun terpaksa kembali ditunda akibat kebakaran yang melanda pabrik Philips yang berlokasi di Albuquerque, New Mexico
Akibat dari insiden ini, sebanyak 7 juta unit ponsel gagal diproduksi. Pada 2000, Ericsson kemudian meluncurkan satu buah ponsel baru bernama Ericsson R380. Ericsson R380 sendiri merupakan ponsel Ericsson pertama yang mengusung sistem operasi Symbian. Namun, debut ponsel anyar tersebut rupanya tidak berhasil mendongkrak pasar.
Selanjutnya, Ericsson mencoba meluncurkan perangkat PC genggam bernama Ericsson MC218 dan PC genggam HS210 di tahun 1999. Memasuki pergantian tahun 2000 ke 2001, Ericsson dilanda krisis. Dalam menghadapi krisis bisnis perusahaan, Ericsson memberhentikan 600 karyawannya yang terlibat dalam proses produksi ponsel.
Ericsson kemudian membagi perusahaan menjadi dua divisi. Produksi dan desain ponsel dialihkan ke Sony Ericsson Mobile Communications, hasil kerja sama dengan Sony.
Sementara proses pengembangkan software dan hardware yang digunakan sebagai fondasi untuk membuat telepon seluler, dipindahkan ke perusahaan baru yang disebut Ericsson Mobile Platforms (EMP).
2. Sony Ericsson
Sony Ericsson merupakan sebuah brand hasil kerja sama yang dilakukan Sony dan Ericsson sejak 1 Oktober 2001. Salah satu tujuan utama Sony Ericsson adalah merilis ponsel baru yang mampu memimpin tren fotografi digital.
Beberapa di antaranya termasuk ponsel Sony Ericsson T610 dan P900 yang rilis di tahun 2003, Sony Ericsson W800i pada tahun 2005, serta Sony Ericsson K800i Cyber-shot dan W910i pada tahun 2007.
Namun, perusahaan bagi hasil itu mulai menghadapi kerugian pada 2002 dan 2003. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak dapat menghadapi vendor kompetitor lainnya.
Sony Eriscsson dinilai gagal memenuhi kebutuhan konsumen karena kurang berinovasi lewat produk bikinan mereka.
3. Siemens
Siemens merupakan perusahaan manufaktur ponsel yang didirikan pada 1985. Awal kejatuhan Siemens terjadi pada 2005. Kala itu, perusahaan sudah beban kerugian hingga 500 juta Euro (sekitar 613 juta dollar AS).
Siemens mengalami penurunan pangsa pasar sepanjang tahun 2004. Salah satunya disebabkan oleh kerusakan software yang terjadi pada model ponsel terbaru besutannya. Tak ingin terus merugi, Siemens akhirnya memutuskan untuk menjual divisi ponselnya kepada BenQ. Diketahui Benq mengeluarkan dana sebesar 350 juta Euro dalam proses akuisisi tersebut.
Adapun benefit yang didapatkan oleh BenQ adalah kendali atas penggunaan merk dagang Siemens selama lima tahun berikutnya. Selain itu, sebanyak 6.000 karyawan Siemens juga bekerja sepenuhnya di bawah BenQ.
4. HTC
Mulanya, HTC merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen komputer. Lama-kelamaan, HTC mulai mencoba mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi ponsel.
Nama HTC mulai melejit pada tahun 2005 berkat hadirnya HTC Dream, ponsel berbasis Android pertama yang pernah diluncurkan. Sejak saat itu, HTC giat mengembangkan ponsel-ponsel Android lainnya.
Pada 2010 sama, HTC juga berhasil mengembangkan sebuah apikasi antarmuka bernama TouchFLO 3D. Aplikasi ini pertama kali hadir pada ekosistem Windows Mobile. Aplikasi tersebut kemudian berubah nama menjadi HTC Sense.
Hingga pada 2017, HTC memutuskan untuk menjual divisi ponselnya kepada raksasa Google dengan mahar sebesar 1,1 miliar dollar AS. Selain soal pembelian Google juga mendapatkan lisensi non-eksklusif untuk berbagai kekayaan intelektual HTC. Google sendiri sudah tidak asing dengan divisi smartphone HTC.
Pasalnya, salah satu ponsel model Pixel pernah dibuat melalui kerja sama dengan divisi tersebut. Kini, HTC telah resmi menjadi salah satu bagian dari Google.
5. LG
LG Electronics resmi menutup bisnis ponsel miliknya secara keseluruhan. Keputusan itu diumumkan langsung oleh dewan direksi LG pada Senin (5/4/2021). Dalam keterangan tertulisnya, LG mengatakan penutupan ini disebabkan oleh kondisi persaingan bisnis ponsel pintar yang sangat ketat.
Meski unit bisnisnya ditutup, LG mengatakan bahwa aksesori maupun kelengkapan ponsel saat ini masih tetap tersedia. Sebelumnya pada Januari lalu, LG sempat dikabarkan ingin menjual bisnis ponselnya ke salah satu perusahaan konglomerasi asal Vietnam, Vingroup Co.
Dengan ditutupnya unit bisnis ponsel, LG turut menghentikan pengembangan ponsel layar lipat miliknya, dan menunda seluruh rencana peluncuran ponsel baru di paruh pertama 2021.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR