Penulis: Katherina-Olivia Lacey, Co-Founder dan CPO, Quincus
Hari ini, dengan kondisi dunia yang masih diliputi ketidakpastian akibat pandemi, logistik memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian.
Pembatasan sosial yang menyebabkan minimnya aktivitas di luar rumah dan program vaksin oleh otoritas pemerintah memerlukan dukungan sistem logistik yang kuat, rantai pasokan yang kokoh, dan sistem rantai pasok dingin (cold chain) yang berkelanjutan. Sistem ini akan menjadi tren yang akan bertahan tahun ini.
Terdiri dari pulau-pulau, karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago) memberikan tantangan tersendiri bagi program vaksinasi. Hingga 27 April, sudah ada hampir 20 juta jiwa di Indonesia yang menerima vaksin COVID-19 melalui beberapa jalur mekanisme pemberian vaksin. Namun, fakta bahwa program vaksin untuk lansia yang lewat dari target awal dan sistem rantai pasok dingin yang tidak memadai merupakan bukti pentingnya perubahan secara menyeluruh terhadap sistem logistik, termasuk rantai pasok negara.
Seiring dengan meningkatnya permintaan akan transmisi dan pengumpulan informasi secara real-time, muncul urgensi kebutuhan akan adanya percepatan pengembangan dan penyebaran jaringan demi mendukung implementasi kinerja Internet of Things (IoT). Industri logistik membutuhkan dukungan teknologi sensor canggih yang mampu melakukan pengukuran dan jaringan yang memadai untuk mengirimkan informasi ini ke sistem, sehingga memudahkan pelacakan kondisi transportasi pengiriman. Hal ini penting karena penundaan sesingkat apapun dapat membahayakan kualitas produk yang memiliki kepekaan tinggi terhadap suhu.
Melihat kondisi dan tantangan yang dihadapi, pada tahun 2020, semakin banyak perusahaan yang melakukan inovasi terhadap rantai pasokannya agar mampu menaklukkan tantangan baru dan tak terduga. Beberapa berupaya untuk mengurangi kerugian, sementara yang lain memilih untuk meningkatkan operasi yang ada.
Terlepas dari solusi yang diambil, inovasi yang ditawarkan oleh Supply Chain as a Service (SCaaS) mampu memberikan lebih banyak pengetahuan dan kepercayaan diri bagi para perusahaan. Misalnya, penyedia taksi yang menghadapi permintaan rendah mulai menawarkan layanan tambahan di luar jam sibuk. Dengan teknologi perutean (routing) yang dapat dikonfigurasi, para pengemudi taksi dapat tetap bersaing secara kompetitif, sembari bekerja dengan rute yang dioptimalkan secara otomatis oleh sistem. Demikian pula, perusahaan dengan metode pelacakan lambat dan manual menjadi lebih terbuka untuk mencoba perangkat lunak pelacakan yang membuat proses mereka lebih transparan.
Terlepas dari perdebatan yang sedang berlangsung mengenai keterjangkauan pengurangan emisi karbon dalam rantai pasokan, para pemain industri rantai pasok juga dihadapi tekanan untuk melanjutkan komitmen pengurangan emisi karbon di rantai pasokan, khususnya selama beberapa tahun terakhir. Beberapa pemain besar mampu memimpin melalui penggunaan teknologi hijau secara berkelanjutan, seperti penggunaan bahan bakar dan kendaraan ramah lingkungan. Sementara itu, perusahaan rantai pasokan teknologi telah berkembang dengan sangat cepat untuk memenuhi tujuan ini.
Pada dasarnya sebagai inovasi teknologi yang memungkinkan terjadinya proses distribusi informasi digital, tanpa mengorbankan integritasnya, teknologi blockchain menawarkan proses komunikasi terjadi secara aman dan cepat. Mengingat sifat ‘hidup-atau-mati’ dari vaksin dan karakteristik sistem distribusi rantai pasok dingin, ada peningkatan kebutuhan akan akuntabilitas yang lebih dan visibilitas end-to-end network. Oleh karenanya, blockchain diprediksi akan memainkan peran yang lebih besar dalam memastikan bahwa informasi dapat dikirimkan dengan andal dan kepada orang yang tepat.
Lebih jauh, mengingat banyaknya perubahan tak terduga yang timbul akibat dari pandemi, semakin banyak perusahaan yang beralih ke penggunaan metode berbasis data (data-driven) dalam hal pengoperasian bisnis, melalui bantuan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML). Bahkan, semakin banyak perusahaan dari berbagai sektor semakin tertarik dengan teknologi ini karena kemampuannya dalam menyediakan skenario hipotesis, termasuk dengan prediksi model bisnis yang andal dan prediktif untuk dijadikan dasar rencana bisnis di masa depan.
Selain itu, pandemi telah mempercepat pertumbuhan belanja online. Hal ini dikarenakan pemberlakuan pembatasan sosial yang mendorong semakin banyak konsumen berbelanja melalui ponsel dan komputer mereka, sehingga meningkatkan tekanan para pemain ritel akan integrasi pemesanan fisik dan online dalam satu platform terpadu demi transparansi operasional, seperti informasi real-time mengenai produk. Sebagai contohnya, informasi mengenai ketersediaan dan tanggal pengiriman produk.
Terlepas dari poin prediksi tren yang sudah dipaparkan dan fakta bahwa logistik merupakan jantung dari perdagangan domestik dan internasional, ketidakpastian tetap menjadi masalah besar dalam rantai pasokan Indonesia, diperburuk oleh susunan kepulauan yang unik di negara ini yang terdiri dari 17.000 pulau, yang berarti barang tidak dapat diangkut menggunakan truk di darat saja. Sistem multimoda dengan transportasi darat dan laut serta gudang diperlukan untuk menjangkau daerah terpencil di setiap pulau.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR