IBM Research belum lama ini mengumumkan keberhasilannya membuat transistor dengan technology node 2 nm pertama di dunia. Keberhasilan itu membuka jalan bagi pabrik pembuatan semikonduktor di dunia untuk dalam beberapa tahun lagi bisa memproduksi cip dengan technology node 2 nm secara massal. IBM Research mengeklaim cip dengan technology node 2 nm-nya diproyeksikan mampu memberikan kinerja yang lebih baik dari cip ber-technology node 7 nm terdepan saat ini di dunia; mampu memberikan kinerja komputasi lebih tinggi untuk konsumsi daya yang sama atau mampu mengonsumsi daya yang lebih rendah untuk kinerja komputasi yang sama. Technology node yang lebih kecil memang sering kali menawarkan kelebihan yang dimaksud.
"Ini adalah hal yang menggairahkan karena pemanufakturan yang paling maju di dunia adalah pada sekitar 7 nm dan sebagian pada 5 nm, dan kami di sini menunjukkan bahwa kami bisa membuat suatu transistor 2 nm. Itu berarti industri ini [semikonduktor] akan terus bergerak maju untuk dekade berikutnya," ujar Dr. Mukesh Khare (Vice President, IBM Research). Kami akan menggunakan teknologi ini untuk cip AI [artificial intelligence] kami, cip POWER kami, cip Z, begitu pula untuk para mitra kami," tambahnya.
Sekadar informasi, IBM tidak memproduksi secara massal cipnya seperti prosesor POWER-nya. Pasalnya, IBM telah melepas pabrik pembuatan semikonduktornya ke GlobalFoundries beberapa tahun lalu. IBM Research, sesuai namanya, adalah divisi penelitian dan pengembangan dari IBM. Seperti telah disebutkan, teknologi hasil pengembangan IBM Research yang diumumkan akan digunakan oleh IBM dan para mitranya. Oleh karena itu, sewajarnya technology node 2 nm ini akan digunakan oleh mitra yang memproduksi massal cip IBM masa depan maupun mitra yang bekerja sama dengan IBM meski tidak memproduksi massal cip IBM masa depan. Dua mitra yang disebutkan IBM Research adalah Samsung dan Intel.
Secara spesifik, dibandingkan cip ber-technology node 7 nm terdepan saat ini di dunia, IBM Research mengeklaim cip dengan technology node 2 nm-nya diproyeksikan mampu memberikan kinerja komputasi yang lebih tinggi 45% untuk konsumsi daya yang sama atau mampu mengonsumsi daya yang lebih rendah 75% untuk kinerja komputasi yang sama. Peningkatan itu serupa dengan peningkatan yang diklaim IBM Research ketika mengumumkan technology node 5 nm dan membandingkannya dengan technology node 10 nm terdepan di dunia pada tahun 2017 lalu.
Sementara, dari sisi kepadatan atau densitas, tanpa secara spesifik menyebutkan dimensi cipnya — IBM Research hanya menyebutkan seukuran kuku, IBM Research mengklaim sebuah cip dengan technology node 2 nm-nya bisa mengandung sampai 50 miliar transistor. IBM Research menambahkan bahwa sebuah cip dengan technology node 7 nm terdepan di dunia saat ini bisa mengandung sekitar 7 sampai 10 miliar transistor. Adapun cip dengan technology node 5 nm IBM Research yang diumumkan dahulu, diklaim bisa mengandung sampai 30 miliar transistor.
Menggunakan nanosheet seperti sebelumnya — technology node 5 nm IBM Research yang diumumkan tahun 2017, IBM Research menyebutkan keberhasilannya memproduksi transistor dengan technology node 2 nm antara lain berkat penggunaan EUV (extreme ultraviolet) lithography yang lebih menyeluruh. EUV lithography memang bisa mengurangi kerumitan. Sebelumnya, EUV lithography digunakan hanya pada lapisan tertentu.
IBM pun menambahkan bahwa bila nanti cip ber-technology node 2 nm-nya tersedia secara massal, terdapat berbagai manfaat yang bisa dirasaakan oleh masyarakat dunia. Beberapa di antaranya adalah daya tahan baterai sebelum harus diisi ulang energinya yang empat kalinya saat ini, mengurangi jejak karbon dari pusat data, meningkatkan kinerja fungsi-fungsi laptop, serta pengenalan objek dan waktu reaksi yang lebih cepat pada kendaraan otonom.
KOMENTAR