Peranan Artificial Intelligence (AI) terus merambah ke berbagai bidang. Contoh Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan yang diterapkan di berbagai sektor industri pun terus bermunculan, termasuk di sektor logistik.
Baca juga: Apa itu Artificial Intelligence? Mari Belajar dari Petunjuk Toilet Ini
Sektor logistik dipandang membutuhkan dukungan teknologi, salah satunya AI, agar dapat beroperasi dengan lebih efisien. Tantangan besar di sektor logistik di Indonesia saat ini masih berkutat pada tingginya biaya. Biaya logistik di Indonesia yang mencapai 24% dari total PDB atau senilai Rp 1.820 triliun per tahun adalah salah satu yang tertinggi di dunia.
Sebagai perbandingan, di Malaysia biaya logistik hanya 15% dari PDB. Sementara di AS dan Jepang masing-masing sebesar 10%. Umumnya biaya logistik di negara-negara yang dikategorikan maju berada pada rentang 8-12% dari PDB.
Selain itu, sektor logistik yang juga mencakup supply chain adalah termasuk salah satu sektor yang kompleks ekosistemnya, kompleks prosesnya, dan menghasilkan data dalam jumlah besar. Oleh karena itu digitalisasi dapat menjadi solusi untuk membantu sektor ini berjalan lebih efisien dan transparan.
Di sisi lain, kecepatan delivery menjadi semakin penting saat ini karena konsumen menghendaki paket pesanannya sampai ke tujuan dengan cepat. Tantangan delivery ini menjadi semakin kompleks saat pelanggan menginginkan delivery dan pick up dilakukan pada waktu tertentu. Belum lagi ketika perusahaan harus memikirkan tantangan biaya murah yang dikehendaki pelanggan.
Contoh Nyata Penerapan AI
Teknologi Artificial Intelligence (AI) mulai merambah ke sektor logistik dan nilai pasarnya terus meningkat. Secara global, menurut laporan All The Research (alltheresearch.com) nilai pasar Artificial Intelligence (AI) dalam ekosistem pasar logistik dan supply chain mencapai US$1,7 miliar pada tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai US$12 miliar pada tahun 2027, atau tumbuh dengan CAGR 24%. Sementara datarootlabs.com bahkan mencatat CAGR yang lebih tinggi yaitu 42,9% sepanjang 2017-2023 atau mencapai US$6,5 miliar pada 2023.
Contoh kecerdasan buatan (AI) dalam bidang logistik telah diberikan oleh beberapa pemain global di sektor ini. DHL, misalnya, telah mengembangkan tool berbasis machine learning untuk memprediksi air freight time delay. Menganalisis 58 data point yang berbeda, tool ini dapat memprediksi penundaan atau percepatan pada proses transit harian sampai dengan satu minggu sebelumnya. Model machine learning dari DHL ini juga dapat memperlihatkan faktor-faktor utama yang memengaruhi keterlambatan pengiriman (shipment).
Contoh lain datang dari Pelabuhan Rotterdam yang membangun model self-learning sebagai basis pengembangan aplikasi Pronto yang melakukan pertukaran data saat kapal singgah. Aplikasi ini memungkinkan perusahaan shipping, agen, dan terminal untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan melakukan tracking terhadap berbagai aktivitas saat kapal singgah di pelabuhan. Dengan menganalisis faktor-faktor, seperti jenis kapal, jenis kargo, lokasi, rute, kecepatan berlayar, dan kapal lain di sekitarnya, Pronto yang berbasis AI dapat memprediksi waktu kedatangan kapal di pelabuhan.
Contoh penerapan AI lainnya diperlihatkan oleh FedEx yang mengembangkan FedEx SameDay Bot untuk meningkatkan efisiensi last mile delivery. Berkecepatan maksimum 10 mph, bot memadukan sensor LIDAR--sensor yang digunakan oleh mobil-mobil swakemudi--dan kamera untuk bisa berkendara di jalan-jalan umum secara aman meski tanpa pengemudi dan mengantarkan paket ke tujuan.
Tiga Area Pemanfaatan AI
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR