Transformasi digital membawa keterhubungan antara perangkat dan sistem. Di satu sisi keterhubungan ini membuka potensi untuk meningkatkan produktivitas, namun di sisi lain juga menimbulkan risiko serangan siber yang dapat membahayakan seluruh sistem.
Keamanan siber pun menjadi bagian integral dari upaya transformasi digital. Keamanan siber merupakan bagian integral dari transformasi digital. Ancaman tak dikenal yang terus berkembang menjadi tantangan konstan bagi para profesional dan peneliti keamanan siber. Ini membutuhkan inovasi baru dan berkelanjutan dalam mendeteksi ancaman yang tidak diketahui ini dengan memanfaatkan analitik dari gabungan log dan informasi sistem internal dan eksternal. Hal ini memunculkan peluang untuk menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi pola yang mencurigakan dan bahkan berbahaya, memungkinkan analisis ancaman berbasis perilaku yang mendetail untuk meningkatkan akurasi yang lebih tinggi dalam deteksi ancaman.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia Hinsa Siburian mengatakan saat ini banyak serangan siber yang bertujuan untuk memecah belah bangsa dengan informasi-informasi hoaks. Karena itu, BSSN memiliki strategi keamanan nasional untuk menangkis serangan-serangan tersebut.
"Perang informasi sudah dikemas untuk melemahkan untuk memecah belah negara. Kita harus ingat Pancasila sebagai pemersatu bangsa," katanya dalam webinar SGU, Kamis (22/7/2021).
Sementara itu Dirjen Aptika, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan saat ini Indonesia mengalami transformasi digital yang tentunya sangat riskan terhadap serangan siber. Karena itu, pemerintah dan semua pihak harus memperhatikan dan melindungi keamanan data pribadi pengguna.
"Yang harus ditekankan, bagaimana kita melindungi data pribadi dan memberikan perlindungan data pribadi serta kepastian hukum supaya data tidak disalahkan," ujarnya.
Semuel menekankan perusahaan yang mengelola dan menyimpan data pengguna harus benar-benar menjaga dan melindungi nya dengan menambahkan berbagai lapis keamanan, mulai dari lapisan keamanan firewall dan enkripsi. Tak hanya itu, perusahaan juga harus memberikan edukasi kepada SDM-nya tentang kesadaran dan pentingnya perlindungan data pribadi karena kebocoran data pribadi kerap disebabkan oleh kecerobohan orang dalam.
"Perusahaan harus menyiapkan mitigasi resiko jika terjadi serangan siber dan kebocoran data. Kesadaran orang dalam juga sangat penting karena ada firewall yang berlapis tetapi kebocoran malah disebabkan orang dalam," pungkasnya.
Kiprah SGU
Master of Information Technology (MIT) di Swiss German University (SGU) memiliki visi untuk menciptakan arsitek transformasi digital, yang berfungsi untuk memastikan bahwa transformasi digital benar-benar akan menciptakan nilai tambah. Dengan pemikiran ini, MIT SGU telah mengembangkan keamanan siber sebagai salah satu fokusnya dalam kurikulum dan inisiatif penelitiannya. Hal ini memunculkan peluang untuk menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi pola yang mencurigakan dan bahkan berbahaya, memungkinkan analisis ancaman berbasis perilaku yang mendetail untuk meningkatkan akurasi yang lebih tinggi dalam deteksi ancaman.
SGU MIT (Master of IT), Eka Budiarto mengatakan MIT SGU percaya bahwa potensi besar ini memungkinkan kemungkinan kolaborasi penelitian antara industri, pemerintah, akademisi, dan komunitas keamanan siber untuk menyediakan berbagi informasi ancaman yang sangat dibutuhkan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR