“Tidak bisa dipungkiri salah satu kekhawatiran merchant yang masih ragu mencoba pembiayaan digital adalah keamanan data transaksi, aliran modal ke borrower dan lender-nya. Untuk itu, secara internal, kami menggunakan VPN khusus yang sifatnya closed platform,” katanya.
Adapun untuk menjamin perolehan dana digunakan secara tepat, pembayaran PO dan invoice akan langsung dilakukan ke penerbit, bukan ke merchant yang mengajukan. “Jadi sifatnya bukan kami berikan uang cash, tapi PO atau invoice mereka yang nanti dibayarkan dan usahawan akan membayar secara lumpsum atau cicilan,” kata pria yang akrab disapa Mike ini.
Di Tiga Fase Ini Merchant Perlu Tambahan Modal
Saat ini, tercatat merchant Qasir terus mengalami kenaikan. Per bulan Juli 2021, tercatat aplikasi Qasir diunduh sebanyak 740,000 user, dimana dari 233,000 merupakan active user dengan total transaksi sebanyak 177 juta kali. Dari jumlah tersebut, Qasir mencatat total nilai transaksi sebesar Rp 14,2 triliun.
Berdasarkan data dari Qasir, rata-rata merchant mulai membutuhkan tambahan modal usaha ketika berada pada fase bisnis tertentu.
Pertama, kebutuhan membuka cabang. Biasanya, merchant punya basis pelanggan besar dan dituntut untuk bisa lebih dekat dengan area konsumennya.
Kedua, tambahan inventaris. Semakin bertambah variasi produk biasanya membuat usahawan mempertimbangkan kepemilikan aset-aset baru untuk menunjang produktivitasnya.
Ketiga, stabilitas arus kas. Faktor eksternal yang datangnya tidak kenal waktu, seperti pandemi, bisa membuat bisnis goyah dalam hitungan hari. Memiliki pegangan kas adalah strategi usahawan untuk memastikan bisnisnya punya cadangan tenaga sampai kondisi ekonomi kembali pulih.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR