Pandemi telah mendorong transformasi digital di semua industri. Saat ini semua perusahaan dituntut untuk mengadopsi teknologi digital, baik dalam mendukung proses bisnis maupun menyediakan produk dan layanan ke pelanggan.
Namun percepatan transformasi digital tersebut harus didukung postur cyber security yang memadai. Jangan sampai transformasi digital yang dilakukan justru menjadi celah keamanan yang merugikan pelanggan maupun perusahaan itu sendiri. Apalagi studi IBM menunjukkan, kerugian rata-rata akibat data breach di tahun 2021 mencapai US$4,24 juta (Rp.59,4 miliar), meningkat dari tahun sebelumnya yang “cuma” US$3,86 juta.
Kebutuhan menjaga sistem digital inilah yang menjadi fokus Vantage Point Security, perusahaan penetration testing asal Singapura. Dengan layanan seputar mobile security testing, application security testing, sampai security training, Vantage Point memiliki misi mengawal transformasi digital perusahaan. “Kami hadir untuk mencoba meningkatkan perlindungan keamanan, khususnya pada aplikasi yang digunakan oleh masyarakat,” ungkap Faisal Yahya (Country Manager Vantage Point Security Indonesia).
Apa Itu Pentest
Sekadar mengingatkan, penetration test (biasa disebut pentest atau ethical hacking) adalah proses yang mensimulasikan cyber attack terhadap sebuah aplikasi atau sistem digital. Tujuan pentest adalah mengevaluasi keamanan sebuah aplikasi, sehingga pemilik aplikasi bisa mengetahui (lalu memperbaiki) lubang keamanan dari sistem mereka.
Faisal menggarisbawahi, pentest bukan sekadar membobol password atau melakukan brute force. “Pentest lebih menitikberatkan pada celah keamanan dalam konteks bisnis,” ungkap Faisal. Sebuah pentest akan mencari celah keamanan dari proses bisnis atau fitur yang disediakan sebuah aplikasi, lalu melihat dampak dan risiko dari celah keamanan yang ditemukan tersebut.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR