Terlepas dari semua hal tentang membangun kemampuan digital baru guna meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan, biaya pemeliharaan sistem lama (legacy) dapat mengendurkan upaya modernisasi dengan mengambil sumber daya yang sudah terbatas.
Sebuah studi terbaru dari OutSystems terhadap para pengambil keputusan TI global mengungkapkan bahwa pemeliharaan sistem yang sudah ada memakan hampir 40 persen dari anggaran TI. Inilah yang dikenal sebagai utang teknis alias technical debt.
Seiring upaya organisasi di Asia Pasifik (APAC) untuk berinovasi dan maju, perombakan pada database management system (DBMS) yang ada dapat berperan penting dalam mengurangi utang ini. Menurut Marc Linster, Chief Technology Officer (CTO) EDB, DBMS open source, seperti PostgreSQL, adalah pilihan yang bagus dalam memungkinkan perusahaan untuk mengatasi kendala tersebut dan mendorong inovasi.
Pendorong Inovasi
Menurut Marc Linster, PostgreSQL menonjol karena dua alasan: biaya yang jauh lebih rendah dan serangkaian fitur tangguh yang terus menerus ditingkatkan. Memiliki keunggulan di sisi lisensi dan biaya, PostgreSQL jauh lebih murah bahkan jika Anda memperhitungkan dukungan pihak ketiga, yang hanya 10-20 persen dari DBMS komersial.
Seperti pada umumnya proyek transformasi TI, Linster mengakui bahwa transisi awal mungkin kelihatannya sulit karena ada serangkaian kecakapan baru yang harus dipelajari, vendor baru yang dilibatkan, dan lingkungan open source yang tidak terlalu berlapis yang harus dikuasai oleh bisnis.
“Namun begitu Anda beralih (ke PostgreSQL), kecepatan inovasi menjadi tak tertandingi. Anda dapat mendorong inovasi dengan cara yang sangat sulit dilakukan jika menggunakan database lain. Versi baru PostgreSQL dirilis setiap tahun. Sementara DBMS tradisional mungkin butuh bertahun-tahun untuk merilis versi barunya. Dengan PostgreSQL, kecepatan inovasi akan jauh lebih gegas,” papar Marc Linster.
Untuk mengilustrasikan hal itu, pertama, Linster menyebut inovasi DBMS-sentris yang diadopsi oleh PostgreSQL, seperti memperkenalkan tipe data untuk key-value pair, struktur data terintegrasi, dukungan untuk JSON, dan kemampuan untuk membuat cast dan jenis-jenis data jenis dengan operator.
Open source cenderung bergerak jauh lebih cepat daripada perangkat lunak sumber tertutup. Dan terutama saat perusahaan mendorong inisiatif transformasi digital dan membangun interaksi yang lebih dalam dengan para pelanggannya, di sinilah PostgreSQL dapat membantu.
Hanya Fitur yang Dibutuhkan
Menurut Linster, kunci dari inovasi cepat PostgreSQL bermuara pada pengembangan open source yang dipimpin komunitas. Meskipun tidak ada departemen pemasaran untuk
“menjual” (PostgreSQL), ada banyak kontribusi yang berarti ada peregangan konstan terhadap batas-batas teknologi DBMS dan fokus yang kuat pada pengembangan kemampuan baru.
“Salah satu masalah dengan teknologi yang relatif matang adalah tekanan untuk menghadirkan fitur baru meskipun itu tidak diperlukan. Ada tekanan luar biasa untuk menawarkan sesuatu yang baru karena, jika tidak, produk pesaing akan terlihat lebih baik,” kata Linster tentang software komersial.
PostgreSQL tidak memiliki mekanisme komersial yang melekat. Tidak ada yang membayar untuk mengembangkan fitur yang tidak mereka butuhkan saat ini. PostgreSQL sepenuhnya didorong oleh pengembangan fitur baru; tim yang mengembangkannya membutuhkan fitur itu. Ini sangat berfokus pada kebutuhan masyarakat.
Tetapi bukankah irama pengembangan yang cepat merugikan aplikasi inti perusahaan, di mana stabilitas dan backward compatibility sangat dihargai? Menanggapi itu, Linster berpendapat bahwa PostgreSQL memiliki catatan yang kuat sebagai dan merupakan salah satu database paling stabil di dunia.
Platform Serbaguna, Dapat Diperluas
Pendorong utama keberhasilan teknis PostgreSQL adalah dukungannya untuk tipe data dan semantik yang berbeda, serta inti yang dapat diperluas, kata Linster. Inti yang dapat diperluas ini menawarkan API yang terdefinisi dengan baik untuk ekstensi pihak ketiga, menghasilkan sebuah ekosistem solusi yang berkembang di sekitar PostgreSQL.
Memang, ada sejumlah ekstensi open source populer yang dikembangkan untuk menambahkan kemampuan baru ke PostgreSQL, termasuk di antaranya, produk terkemuka seperti TimescaleDB yang dibuat untuk mendukung data jenis time-series. Ekstensi ini juga biasanya diterapkan di lingkungan produksi.
Akhirnya, sifat open-source PostgreSQL mencapai puncaknya di lingkungan yang beragam dan dinamis di mana hanya ide-ide terbaik yang diadopsi. Sementara EDB adalah salah satu kontributor terbesar untuk PostgreSQL, dengan sekitar sepertiga dari kontributor dan pembuat kode. Linster mengatakan itu bukan suara yang dominan.
“Semangat yang konstan dan diskusi yang kuat tentang proyek open source dipertahankan oleh PostgreSQL. Semangat ini tidak ada di banyak proyek open source lainnya yang digerakkan oleh satu perusahaan. Ini adalah salah satu alasan mengapa PostgreSQL melampaui kompetisi. Dengan PostgreSQL, bahkan pesaing berkolaborasi dalam kode. Kecuali untuk Linux, saya tidak tahu komunitas lain di mana hal seperti ini terjadi.”
Melangkah Ke Masa Depan
Linster menolak anggapan bahwa banyak perusahaan APAC tertinggal dalam hal teknologi, seraya menunjuk pada tingginya tingkat adopsi teknologi oleh perusahaan Korea Selatan dan sejarah panjang kontribusi para konglomerat Jepang, seperti NTT dan Fujitsu, kepada PostgreSQL. “APAC adalah pasar yang kompleks dengan pola adopsi pasar yang sangat berbeda di seluruh kawasan,” ujar Linster.
Tentu saja, mengganti DBMS di satu perusahaan memang akan disertai beberapa risiko, dan tidak setiap organisasi ingin melakukan lompatan semacam itu ke open source. Dengan tidak adanya satu vendor komersial pun yang mengungguli PostgreSQL, Linster mengatakan bahwa adopsi PostgreSQL harus diikuti kemauan untuk "mencoba hal-hal baru" dan "menanggung beberapa risiko".
Menurut Linster, di titik inilah bekerja dengan mitra yang memenuhi syarat akan sangat memuluskan perjalanan. “Bekerja dengan organisasi seperti EDB saat mengadopsi Postgres dan dengan Red Hat saat mengadopsi Linux dapat mengurangi risiko itu secara signifikan. Kami dapat menjembatani risiko dalam mengadopsi hal-hal baru dan menjadi mitra yang andal untuk bekerja sama guna membantu memastikan bahwa sistem baru diterapkan dengan cepat dan berjalan dengan baik,” pungkas Marc Linster.
*Ditulis oleh Paul Mah, Tech Writer EDB, berdasarkan hasil wawancara dengan Marc Linster, Chief Technology Officer, EDB
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR