Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober merupakan hari untuk memperingati dasar negara Indonesia, serta mengingatkan bangsa Indonesia untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai tersebut adalah persatuan Indonesia, artinya tindakan, ekspresi, dan perilaku ditujukan untuk memperkuat persatuan bangsa terutama di tengah masa pandemi.
Sejak awal wabah COVID-19 'infodemik' informasi palsu dan menyesatkan turut mewabah seiring dengan pandemi ini. Misinformasi telah menyebabkan kebingungan bahkan membuat orang menolak vaksin, mengabaikan protokol kesehatan masyarakat seperti memakai masker, menjaga jarak, hingga berobat dengan pengobatan yang tidak terbukti secara ilmiah.
Di sisi lain, berbagai upaya pemeriksaan fakta telah dilakukan oleh berbagai lembaga pengecek fakta dan KOMINFO untuk mengatasi penyebaran misinformasi. Namun, upaya ini belum memadai. Gerakan akar rumput untuk mengatasi masalah ini tetap harus diusahakan, khususnya di pelosok Indonesia.
Menjawab tantangan tersebut, 60 aktivis pemuda dari 28 provinsi maju menjadi agen perubahan melalui JaWAra Internet Sehat, sebuah gerakan pemuda nasional untuk melawan misinformasi yang dimulai sejak Agustus dengan dukungan penuh dari ICT Watch, Kominfo, dan WhatsApp.
Para JaWAra ini telah menunjukkan semangat mereka dalam menjalankan aktivisme digital dan menerima pelatihan untuk menginisiasi program literasi digital di wilayahnya masing-masing.
Sejak diluncurkan pada 16 Agustus hingga 1 Oktober lalu, para JaWAra telah menjalankan 26 program dan lebih dari 50 kegiatan di lebih dari 50 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Seluruh JaWAra melalui beragam programnya telah secara keseluruhan memberdayakan sekitar 17.300 orang.
Program edukasi di level lokal disesuaikan dengan kebiasaan warga dan budaya setempat, sehingga berhasil melampaui target untuk memberdayakan lebih dari 15.000 orang, termasuk pemuda, orang tua, guru, masyarakat lokal, serta pelaku UKM, di seluruh daerah. Walaupun fokus utama gerakan ini adalah mengatasi misinformasi, JaWAra Internet Sehat juga akan menjawab tantangan digital lainnya seperti privasi dan keamanan digital.
“Selama pandemi, kami melihat percepatan penyebaran misinformasi dan tantangan privasi digital, hal ini sangat mempengaruhi ketahanan digital nasional yang dapat mengakibatkan kerusuhan sosial, konflik politik, serta kerugian ekonomi. Di sisi lain, kami percaya kekuatan kultural, kedekatan masyarakat, dan keunikan adalah kunci keberhasilan untuk program-program pemberantasan hoaks di Indonesia,” jelas Devie Rahmawati (Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika) melalui konferensi pers virtual.
Lebih dari sekadar program untuk mendukung transformasi digital pemerintah, JaWAra Internet Sehat juga diadakan untuk menjawab tantangan yang sering dihadapi oleh pemerintah dan lembaga sipil.
Menurut Program Manager ICT Watch Indriyatno Banyumurti, selain keterampilan digital masyarakat Indonesia yang belum merata, pihaknya juga melihat kurangnya program pendidikan yang secara khusus mengajarkan cara menangani misinformasi dan meningkatkan literasi digital.
“Oleh karena itu, kami menginisiasi program ini untuk membantu menjembatani kesenjangan tersebut lewat pendidikan, membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun literasi digital, serta inspirasi untuk dapat mengajari orang-orang di sekitar mereka,” jelas Banyu.
Program JaWAra Internet Sehat berfokus pada penanganan misinformasi, terutama terkait pandemi, tetapi Kominfo, ICT Watch dan WhatsApp berharap program-program para JaWAra dapat membawa perubahan yang berkesinambungan di antara masyarakat lokal.
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR