Penerapan Artificial Intelligence (AI) di industri kimia adalah sebuah keniscayaan mengingat sektor ini termasuk yang selalu terdepan dalam pemanfaatan teknologi. Inilah contoh pemanfaatan AI di industri kimia.
Industri kimia merupakan salah satu sektor ekonomi terbesar di dunia karena 96 persen dari produk manufaktur membutuhkan bahan kimia dalam proses pembuatannya. Sektor ini diperkirakan berkontribusi sebesar US$5,7 triliun terhadap output ekonomi dunia, atau menyumbang sebesar 7 persen dari PDB dunia, dan membuka lapangan pekerjaan bagi 120 juta pekerja di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia, meski masih dalam suasana pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional di Indonesia menjadi subsektor terbesar kedua penyumbang kontribusi pada sektor industri pengolahan nonmigas triwulan II 2021.
Sektor industri kimia umumnya terbagi ke dalam beberapa sub sektor, antara lain, petrokimia, agrokimia dan pupuk, kimia komoditi (bulk chemical), kimia khusus, dan farmasi.
Dalam hal pemanfaatan teknologi, industri kimia termasuk yang terdepan karena sektor yang sangat kompetitif ini harus selalu mengikuti perkembangan teknologi, karena bahan kimia dan produk-produk terkait sangat bergantung pada riset dan pengembangan produk. Oleh karena itu, peranan Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah keniscayaan di lingkungan industri manufaktur kimia.
Tidak hanya untuk menjawab tantangan di bidang riset dan pengembangan, peranan AI juga akan dibutuhkan industri kimia dalam produksi, pemasaran, bahkan distribusi. Pemanfaatan AI juga akan membantu pelaku di sektor ini beroperasi dengan lebih efisien dan mampu memanfaatkan peluang di tengah disrupsi.
Studi Accenture mengungkapkan fakta-fakta yang menjanjikan dari penerapan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence di industri kimia. Accenture mencatat sebanyak 72 persen pelaku industri kimia yang disurvei melaporkan adanya peningkatan minimal 2 kali dalam KPI yang berkaitan dengan proses. Sementara 37 persen mengakui adanya peningkatan sebanyak 5 kali lipat dalam KPI-nya.
Seperti kami sampaikan sebelumnya, seperti halnya sektor-sektor lain di industri manufaktur, industri kimia sudah merasakan dampak dari digitalisasi dan Industry 4.0. Penerapan AI hanyalah kulminasi dari transformasi digital yang sudah berjalan. Dan seperti di industri lainnya, AI adalah cara yang efektif untuk mengoptimalkan operasi dan meningkatkan laba perusahaan.
Berikut adalah enam contoh penerapan AI di industri kimia yang dihimpun InfoKomputer dari berbagai sumber.
Produsen bahan kimia biasanya menugaskan seorang staf yang berpengalaman untuk memeriksa kualitas produk dengan cara membandingkan data produksi menggunakan berbagai benchmark. Proses ini umumnya dilakukan setelah produk selesai dibuat.
Namun algoritme deep learning dapat membantu menemukan masalah lebih dini dengan menganalisis data input dan faktor-faktor produksi yang sedang berjalan (real time). Dengan kemampuan deteksi dini ini, pelaku industri kimia dapat melakukan tindakan lebih awal, menyelamatkan produk yang bermasalah atau menghentikan produksi untuk batch tersebut agar tidak keluar ongkos lebih banyak lagi.
Contoh pemanfaatan AI seperti ini diperlihatkan oleh Mitsui Chemicals dalam sebuah program percobaan. Dengan memanfaatkan deep learning, perusahaan asal Jepang ini dapat secara akurat memprediksi kualitas produk gas yang sedang diproduksi 20 menit sebelum produk selesai diproduksi.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR