Ajang Global Mobile Broadband Forum (MBBF) 2021 membahas berbagai upaya mempercepat pengembangan frekuensi 2,3GHz demi menghadirkan konektivitas 5G.
Sejak perkembangan teknologi 4G, 2,3 GHz telah dianggap sebagai frekuensi emas oleh para operator global. Hal itu karena frekuensi 2,3 GHz menyediakan kapasitas dan jangkauan yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh 5G untuk meningkatkan kinerja 4G yang sudah ada. Secara khusus, bandwidth saluran besar 2,3 GHz sangat selaras untuk mengakomodasi kebutuhan kapasitas 5G.
Industri di belakang frekuensi 2,3GHz tidak memperlihatkan tanda-tanda mengalami perlambatan dalam satu tahun terakhir, meskipun saat ini tekanan krisis kesehatan global masih berlangsung hingga saat ini. Bahkan beberapa vendor telah meluncurkan beberapa smartphone 5G yang mendukung penggunaan frekuensi 2,3GHz. Saat ini ada lebih dari 70 referensi komersial 4G/5G pada 2,3 GHz dan lebih banyak operator dan vendor terminal diperkirakan akan menggunakan 2,3 GHz dalam waktu dekat.
Berbagai fakta terkait percepatan pengembangan pita frekuensi 2,3GHz untuk industri ini terungkap dalam ajang Global Mobile Broadband Forum (MBBF) 2021. Forum ini menjadi ajang berkumpulnya para operator jaringan seluler, pemimpin industri vertikal, dan mitra ekosistem dari seluruh dunia untuk membahas cara memaksimalkan potensi 5G dan mendorong industri seluler ke depan. MBBF 2021 diselenggarakan oleh Huawei, bersama dengan mitra industrinya GSMA dan Dewan Telekomunikasi SAMENA
Ajang yang tahun ini mengangkat tema diskusi “2nd 2.3G Spectrum Roundtable Online Edition” ini dihadiri oleh para pembicara dari berbagai negara, seperti Eng. Abdul Azis Bin Hussain, CITC Saudi Arabia; Huang Yuhong, China Mobile; Li Nan, GTI; Richard CY Tan, TPG Telecom. Sedangkan pembicara dari Indonesia hadir secara virtual, yaitu Dr. Ir. Ismail MT, Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Akhmad Madces, VP RAN Engineering and Project Telkomsel.
Untuk mempromosikan pengembangan lebih lanjut dari industri 2,3 GHz, gelaran MBFF 2021 mengusung diskusi antara para mitra industri global, seperti para operator dan vendor terminal, untuk menyerukan percepatan alokasi spektrum TDD 2.3GHz (2300-2400 MHz) dengan bandwidth besar TDD yang berdekatan hingga 100 MHz, dengan mengurangi biaya penerapan per bit, dan meningkatkan pengalaman pengguna lintas generasi. Langkah ini akan menghilangkan kemungkinan hambatan penggunaan 2.3GHz.
Diskusi ini juga mengajak industri pun bekerja sama memecahkan masalah koeksistensi jaringan dan meningkatkan ketersediaan spektrum. Diskusi ini juga mempromosikan rantai industri perangkat untuk mewajibkan dukungan frekuensi NR 2.3GHz pada tahun 2022, dan mendukung fitur-fitur utama yang lebih baik, seperti EN-DC, agregasi operator, SUL, Peralihan Antena SRS 1T4R/2T4R dan bandwidth saluran 80~100 MHz.
Menurut Dr. Ir. Ismail MT, Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, ketersediaan spektrum frekuensi radio merupakan hal yang penting untuk mengembangkan jaringan 5G di Indonesia di mana saat ini layanan 5G diselenggarakan pada spektrum 2,3Ghz.
Dr. Ir. Ismail MT menjelaskan bahwa Indonesia mencakup wilayah yang sangat luas dengani lebih dari 17.000 pulau. Sangat sulit untuk menghadirkan konektivitas di seluruh pulau jika menggunakan serat optik.
“Untuk menangani jutaan pengguna, dibutuhkan frekuensi dan biaya yang optimal dalam mengembangkan infrastruktur. Frekuensi yang dibutuhkan adalah pita rendah/low band untuk dapat mencakup semua wilayah Indonesia yang sangat luas. Spektrum 2.3Ghz sangat penting untuk mendukung operator seluler menggunakan infrastruktur ini. Kami senantiasa mengundang dukungan pengembang solusi TIK dan pelaku industri untuk terus menguatkan komitmennya dalam turut serta mengakselerasi misi ini, sebagaimana yang selama ini telah dikontribusikan oleh Huawei, Telkomsel serta pelaku industri lainnya. Kami menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dukungan dan kontribusi tersebut,” ujar Ismail.
Akhmad Madces, VP RAN Engineering and Project Telkomsel menjelaskan bahwa Telkomsel belum lama ini mendapat tambahan pita frekuensi 2,3Ghz. Ia mengatakan, salah satu pemanfaatannya adalah untuk pengembangan jaringan dan layanan 5G di Indonesia, yang saat ini telah hadir di sembilan kota di Indonesia.
“Telkomsel berkomitmen untuk terus memperluas cakupan jaringan dan mengembangkan layanan 5G secara terukur dan bertahap. Kami juga berharap layanan 5G Telkomsel ke depannya dapat mendorong akselerasi ekosistem Industri 4.0 guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional di berbagai sektor industri. Terkait dengan penyelenggaraan jaringan, Telkomsel melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, dan Huawei Indonesia merupakan salah satu mitra kami,” ujar Akhmad Madces.
Alex Xing, Chief Technology Officer Huawei Indonesia juga mengatakan, keberhasilan alokasi dan refarming spektrum 2.3Ghz menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mengkomersialkan 5G pada semester pertama tahun ini.
“5G tidak hanya akan menghadirkan konektivitas yang lebih baik, lebih cepat, lebih kuat ke masyarakat dan rumah tangga Indonesia, tetapi juga memfasilitasi dan mempercepat proses transformasi digital berbagai industri di tanah air. Sebagai mitra strategis, kami sangat bangga dapat mendukung Telkomsel dengan solusi 5G terdepan kami. Ini adalah target bersama kami untuk membangun jaringan berkinerja tinggi dengan pengalaman 5G terbaik yang tiada duanya,” pungkas Alex.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR