Langit cerah, udara sejuk, dan bentangan lanskap gunung-gunung memanjakan mata selama perjalanan saya melintasi jalan-jalan di kota Tondano menuju Desa Sinuian, Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa.
Untuk sebagian besar orang mungkin hanya familiar dengan Kecamatan Remboken. Namun sejak Camp James lahir, nama Desa Sinuian ikut terangkat sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berlibur di Kabupaten Minahasa.
Begitu memasuki desa, beberapa warga langsung mengarahkan kami ke area parkir yang langsung menghadap ke danau. Dari sini, suasana Amerika sudah mulai terasa. Terlihat pagar bata merah dan rumah-rumah kayu berdiri megah hingga elemen-elemen khas Amerika yang memeriahkan setiap sudutnya. Saya pun tak ragu-ragu untuk langsung berswafoto sebelum menjelajah ke setiap sudut kafe ini.
Wujud Cinta Tanah Kelahiran
Duduk di salah satu area tertinggi di Camp James, pandangan saya bisa langsung jatuh hingga ke tengah indahnya Danau Tondano. Satu persatu tamu dari berbagai usia mulai berdatangan, mengambil foto yang instagramable, serta mengunggahnya dengan berbagai tagar. Salah satu tagar yang banyak digunakan adalah #campjames yang mencapai 1000 lebih unggahan.
Saya akui, Camp James memiliki posisi yang sangat strategis di desa ini. Ditambah lagi dengan interior dan penataan area yang unik dan menarik, membuat banyak wisatawan betah berlama-lama sambil menikmati kuliner dan keindahan salah satu danau prioritas nasional ini.
Saya kemudian bertemu dan berbincang santai dengan Pak Rommy Sompie, manajer Camp James yang baru saja selesai menjamu wisatawan. Berbicara mengenai Camp James jelas tak lepas dari pemiliknya, James Karinda atau yang akrab disapa JK.
Pak Rommy menjelaskan kalau pria asli kampung tersebut begitu cinta akan tanah kelahirannya. Inilah juga yang diduga menjadi salah satu alasan kuat JK membangun Camp James dan kampung halamannya.
“Camp James ini baru buka 8 Juni 2021 kemarin, namun pengunjungnya sudah sangat banyak. Untuk informasi, mulai dari parkiran sampai ke dalam semuanya warga desa sini. Hanya dua yang bukan,” jelasnya.
Hal ini juga diakui oleh Sweetly, salah satu pekerja asal Desa Sinuian. Dengan berkaca-kaca ia mengungkapkan bahwa Camp James seakan seperti sebuah oase yang memberikan harapan bagi warga desa yang kehilangan maupun belum mendapatkan pekerjaan di tengah pandemi. Dia sudah bergabung di sini selama empat bulan dan ia bersyukur dengan munculnya destinasi wisata seperti ini di desanya. “Ini sangat menguntungkan dan membantu torang pe perekonomian baik pribadi bahkan juga torang pe keluarga,” ungkapnya.
Semua sumber bahan makanan yang mereka butuhkan dikelola dan diambil langsung dari masyarakat Sinuian. Baik ikan mujair, ayam kampung, sayur, hingga bumbu-bumbu yang digunakan. Tiket masuk yang dibayarkan oleh pengunjung pun, 2500 rupiahnya akan langsung masuk ke dana desa. Nantinya ini akan diatur oleh Hukum Tua dan juga aparat desa lainnya untuk pembangunan Desa Sinuian sendiri.
Menu Spesial Minahasa
Walaupun suasana di sini diciptakan seperti berada di Amerika, untuk urusan kuliner awalnya justru Camp James hanya menyediakan paket makanan lokal. Alasannya sesederhana ingin tetap memegang budaya Minahasanya. Pak Rommy pun menawarkan Ayam Palutuun dan Ikan Mujair Bakar sebagai dua makanan unggulan khas desa ini.
Mengenal Dimitri Josephine Sahertian, Instruktur Unreal Engine Kebanggaan Indonesia
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR