Ancaman siber bukanlah hal baru bagi industri wisata – bandara, maskapai penerbangan, situs perjalanan dan aplikasi menumpang kendaraan telah menjadi korban di tahun-tahun sebelumnya.
Namun, industri ini berada dalam posisi bertahan karena adanya pembatasan perjalanan dan PPKM. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Asia Tenggara dapat menderita kerugian hingga 8,4% dari Produksi Domestik Bruto (PDB) akibat pandemi.
Strategi pemerintah Indonesia menurunkan level PPKM di kota-kota besar, dan dibukanya pintu masuk bagi turis asing dari beberapa negara, diperkirakan akan merangsang minat turis yang sudah lama memendam keinginan untuk jalan-jalan, meningkatkan penjualan tiket dan booking lewat online, yang merupakan kesempatan bagi para penjahat siber.
Logistik & Rantai Pasokan
Menurut Laporan Ketahanan Rantai Pasokan Global BCI tahun 2021, 27,8% perusahaan melaporkan adanya lebih dari 20 gangguan rantai pasokan selama tahun 2020, naik dari 4,8% pada tahun 2019.
Berkurangnya kapasitas manufaktur dan logistik serta tenaga kerja, seiring meningkatnya permintaan barang, telah menciptakan vektor serangan yang sempurna bagi penjahat siber: infrastruktur yang lemah dan rentan untuk ditembus. Para pengatur rantai pasokan harus mengidentifikasi risiko, memahami potensi efek hilir dari serangan siber dan merencanakan tindakan sehingga dapat bergerak cepat jika terjadi insiden.
Yang Perlu Diketahui Perusahaan
Meski para profesional TI tahu bahwa ancaman siber telah meningkat tajam, temuan membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara belum secara efektif memprioritaskan keamanan selama COVID:
Ada peningkatan aktivitas serangan di online/web lebih dari 60%
31% justru melakukan pengurangan anggaran teknologi dan keamanan
62% mengalami downtime karena masalah siber, dengan kerugian lebih dari 100.000 dolar AS
Lebih dari 90% menyadari bahwa mempertahankan tim keamanan/SOC yang lengkap menjadi lebih sulit selama periode puncak
“Tantangan utama yang berdampak pada bisnis secara global menciptakan katalis sempurna bagi penjahat siber untuk memanfaatkannya,” lanjut Palma.
“Untuk melindungi pendapatan mereka selama lonjakan aktivitas liburan, sekaranglah saatnya bagi perusahaan dan bisnis komersial untuk memastikan bisnis mereka sudah dilengkapi dengan arsitektur keamanan siber yang diperlukan untuk mengatasi ancaman yang semakin agresif dan inovatif.”
Cara Mengatasi Ancaman
Ada beberapa cara bagi perusahaan agar menjadi lebih proaktif dan siap untuk menghadapi kejahatan siber, seperti menerapkan langkah-langkah keamanan dan persyaratan keamanan siber di seluruh industri, memberikan pelatihan kesadaran keamanan virtual untuk karyawan, dan mengembangkan rencana pencegahan serta tanggapan.
Selain itu, perusahaan dan bisnis komersial dapat menerapkan keamanan berbasis cloud dengan MVISION Unified Cloud Edge (UCE) dan FireEye Extended Detection and Response (XDR).
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR