Wangi aroma kopi menyeruak di udara begitu barista meletakkan secangkir kopi hitam di meja kami. Inilah kopi khas Muria, kopi yang ditanam para petani di lembah Gunung Muria, Kudus. Bau menggoda ini membuat kami segera menyesap kopi yang masih mengepul, lalu mencicipi gethuk nyimut dan seporsi pecel khas Kudus yang juga disajikan di depan kami.
Begitulah sore kami di Kedai Kopi di Pijar Park, salah satu kedai kopi yang ada di lereng Gunung Muria, Kabupaten Kudus. Kedai kopi ini terletak di bawah rimbunnya pohon pinus, di tengah wisata alam Pijar Park yang baru saja dibuka Maret tahun ini.
Pijar Park merupakan wisata alam yang berlokasi Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Wisata alam ini terletak di lahan milik Perhutani yang dikembangkan dan dikelola warga setempat. Bukan hanya kafe, di Pijar Park ini juga terdapat wisata alam lainnya seperti outbond, camping ground, dan beragam permainan lainnya. Nantinya akan dikembangkan pula agrowisata, memetik kopi ala petani kopi.
Bupati Kudus, HM Hartopo, mengatakan bahwa memang kini Kabupaten Kudus juga mencoba mengembangkan wisata alamnya selain wisata religi yang selama ini menjadi nadi pariwisata Kudus. “Kudus memiliki Gunung Muria yang selain ada makam Sunan Gunung Muria, juga punya potensi sebagai wisata alam.”
Wisata Religi Masih Mendominasi
Wisata religi yang selama ini menjadi andalan Kudus tetap dikembangkan dan ditingkatkan lagi. Kabupaten Kudus memiliki dua situs sejarah jejak wali songo, yakni Masjid Menara yang di dalamnya terdapat makam Sunan Kudus dan Makam Sunan Gunung Muria.
Kedua wisata inilah yang ramai didatangi para wisatawan. Salah satunya adalah Iroh (57) asal Kendal, yang sengaja datang bersama kawan-kawannya untuk mengunjungi kedua tempat ini, setelah sebelumnya mengunjungi Demak. Ada pula Ilal, asal Tangerang yang sudah 5 tahun bermukim di Kudus. Menurutnya, sejak masih tinggal di Tangerang, ia sudah rutin berziarah dan kini setelah tinggal di Kudus, ia masih menyempatkan diri berziarah di sela kesibukannya. “Sepertinya ada yang kurang kalau nggak ke sini,” tuturnya.
Masjid Menara, yang merupakan bukti akulturasi antara agama Islam dengan Hindu, memang menjadi magnet tersendiri untuk para pelancong yang datang ke Kudus. Menaranya unik, terbuat dari batu bata dengan bentuk seperti candi. Konon, hal ini dilakukan Sunan Kudus agar masyarakat yang saat itu didominasi Hindu tidak kaget dengan bentuk masjid yang sangat berbeda dengan bentuk candi yang biasa mereka lihat.
Perlu Pembenahan
Untuk mencapai Masjid Menara, wisatawan yang menggunakan mobil atau bus terlebih dahulu harus memarkirkan kendaraannya di lahan parkir khusus yang disediakan, yang letaknya sekitar 3 km dari masjid. Dari situ, mereka mesti menggunakan moda transportasi lain antara lain ojek. Hal inilah akan diatur lagi oleh pemerintah daerah agar sistem transit ini lebih terintegrasi sehingga membuat wisatawan yang datang menjadi aman dan nyaman.
Seperti yang dituturkan oleh Bupati, “Yang harus membuat wisatawan datang, kan, antara lain kenyamanan. Nah, sebagai tuan rumah, kita harus membuat wisatawan itu nyaman dan aman. Misalnya dengan menerapkan prokes dan juga mengatur lagi masalah transit dan lalu lintas di sekitar masjid.“
(Penulis: Rahma Yulianti)
Baca Juga: Inilah Kota/Kabupaten yang Terima Penghargaan Program Smart City 2021
Baca Juga: Kabupaten Pakpak Bharat: Manfaatkan Alam untuk Destinasi Pariwisata
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR