Suasana sepi begitu terasa kala kami menyambangi salah satu kampung di Kota Mataram yang terkenal akan kerajinan tangannya. Terletak di Lingkungan Rungkak Jangkuk, Desa Sayang Sayang, sentra industri rumahan penghasil kerajinan tangan bernama cukli ini tampak tidak ada aktivitas jual-beli.
Hanya ada para pengrajin yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Beberapa dari mereka ada yang sibuk memoles kayu, membuat ukiran di badan kayu, hingga memotong kulit kerang untuk ditempelkan pada motif yang telah diukir.
Kerajinan tangan khas Kota Mataram ini memang tengah mengalami gelombang surut. Kerajinan cukli atau seni menempelkan kulit kerang di atas kayu mahoni ini, kini hanya dibuat bila ada pesanan atau sekadar stok bila ada pengunjung yang datang.
Menurut Haji Ahmad Fauzi, salah satu pemilik sentra kerajinan cukli mengatakan, kerajinan ini sebenarnya sudah lama lesu. Kerajinan Cukli saat ini hanya diminati oleh masyarakat lokal, khususnya masyarakat Pulau Lombok dan beberapa kolektor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Padahal, pada awal dekade 2000-an, kerajinan cukli dapat menembus pasar-pasar di Benua Eropa dan Benua Amerika. Pria yang akrab disapa Pak Haji ini bercerita, kerajinan cukli saat itu dapat diekspor dalam skala besar ke beberapa negara, salah satunya ke Meksiko.
Berbagai macam produk furnitur rumah tangga yang diproduksi seperti meja, kursi, lemari, hingga jam dinding menjadi komoditas utama aktivitas ekspor. Bahkan, beberapa suvenir seperti gelang, topeng, dan hiasan meja turut menjadi barang yang laku dipasaran.
“Beberapa tahun ini kita sudah tidak ada aktivitas ekspor. Saya sendiri tidak tahu apa penyebab pastinya, mungkin kerajinan tangan cukli sudah kalah bersaing dengan kerajinan tangan yang dihasilkan oleh negara-negara lain, seperti Thailand atau Filipina,” keluh Pak Haji.
Sejarah Kerajinan Cukli
Pak Haji mengungkap, kerajinan cukli mulai dikenal pada abad 80-an. Waktu itu, para kolektor yang singgah di Pulau Lombok mulai kesulitan mencari barang antik untuk dijual. Sehingga, mau tak mau, para kolektor berusaha memutar otak agar bisnisnya tetap berjalan.
Alhasil, para kolektor mencoba menginisiasikan masyarakat yang ada di Pulau Lombok untuk membuat kerajinan cukli secara mandiri. Masyarakat didorong untuk membuat furnitur yang berbahan dasar kayu mahoni dan dihiasi oleh motif ukiran yang dilapisi oleh kulit kerang.
“Sejarah terkait kerajinan cukli ini sebenarnya ada beberapa versi. Intinya, yang saya tahu, cukli ini dahulu termasuk barang antik. Jadi memang ada rupa aslinya, tetapi saya tidak tahu seperti apa bentuk persisnya,” tutur Pak Haji sembari memotong kulit kerang menjadi beberapa bagian kecil.
Namun, terlepas dari hal tersebut, kerajinan cukli sejatinya merupakan kerajinan tangan dengan tingkat kesulitan tinggi. Bagaimana tidak, untuk membuat meja misal, dibutuhkan puluhan hingga ratusan potongan kulit kerang yang dipotong dalam bentuk segitiga dan ditempel mengikuti pola yang telah diukir di badan kayu.
Proses pengerjaannya pun menyita waktu cukup lama. Rata-rata proses pembuatan kerajinan cukli memakan waktu hingga dua bulan. Maklum, kerajinan cukli butuh keahlian dan konsentrasi tingkat tinggi dalam proses pengerjaannya.
Sehingga, harga yang ditawarkan untuk satu set produk rumah tangga dihargai cukup tinggi. Pak Haji mengungkap, satu set kursi dan meja dihargai paling murah sebesar Rp7.500.000 dan paling mahal ada dikisaran harga Rp20.000.000.
Dorong UKM dan UMKM
Ditemui di tempat terpisah, Wali Kota Mataram, H. Mohan Roliskana mengungkap, akan membantu para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya.
Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota Mataram dalam mensukseskan Gerakan Menuju Smart City untuk Destinasi Wisata Prioritas dan Ibukota Negara, di mana Kota Mataram menjadi salah satu kota yang mengikuti Gerakan ini.
“UKM dan UMKM akan kami berikan pelatihan berbasis teknologi agar dapat memasarkan produknya secara online. Para pengrajin kerajinan cukli di Desa Sayang Sayang akan menjadi salah satu prioritas utama dalam pelatihan tersebut. Mengingat kerajinan tangan ini merupakan buah tangan khas Kota Mataram yang harus kita dukung penuh,” tuturnya di Aula Pendopo Wali Kota Mataram.
Selain itu, Mohan juga berharap hasil akhir dari Gerakan Menuju Smart City ini dapat berdampak banyak untuk masyarakat. Terutama untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata yang ada di Kota Mataram dan seluruh masyarakat dapat hidup sejahtera.
(Penulis: Dzaky Nurcahyo)
Baca Juga: Memberdayakan Para UMKM di Lombok Utara dengan Smart Economy
Baca Juga: Kota Semarang: Agar Tak Sekadar Menjadi Kota Transit
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR