IDC melaporkan adanya peningkatan interaksi digital manusia dari rata-rata 750 engagement tahun ini menjadi 5.000 engagement di tahun 2029. Hal ini membuktikan bahwa momentum di balik modernisasi akan terus tumbuh di lanskap bisnis yang semakin mengglobal dan terhubung (connected).
“Organisasi akan terus mengeksplorasi investasi pada teknologi baru dan teknologi yang sedang berkembang yang membantu tim TI dan tim pengembang (development) memberdayakan dunia digital di mana bisnis dan konsumen hidup. Ini termasuk (memastikan) arsitektur (berorientasi ke) masa depan dengan adopsi teknologi yang memungkinkan skalabilitas, kelincahan, dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dengan cepat,” ucap Stuart Fisher, Regional Vice President, Asia Pacific and Japan, Couchbase.
Berlatar belakang hal itu, Couchbase memprediksi tren-tren yang akan memengaruhi perkembangan sektor TI dan DevOps pada tahun 2022 dan seterusnya.
Composable IT Menjadi Persyaratan bagi Organisasi Modern
Dengan memanfaatkan komponen berbasis software-defined, composability menghilangkan kebutuhan untuk mengelola infrastruktur yang mendasarinya dan menghilangkan kebutuhan untuk mengkonfigurasi ulang aset fisik seperti server, penyimpanan, dan konektivitas ketika beban kerja (workload) berubah.
Dengan composable IT, perusahaan dapat mengelola aplikasi atau layanan melalui satu control plane terpadu (unified) yang menjangkau banyak cloud, on-premises, sampai ke edge. Itulah mengapa perusahaan yang terdistribusi secara global saat ini akan menganut konsep composability, tidak hanya untuk infrastruktur on-premises, tetapi juga untuk penerapan multi-cloud dan edge.
Memandang arsitektur dan evolusinya, perusahaan akan beralih dari arsitektur monolitik, ke arah pengembangan aplikasi dan infrastruktur dari bagian-bagian komponen dengan well-defined interface. Bisnis akan terus memikirkan kelincahan dan kesederhanaan dalam menyusun infrastruktur technology stack untuk mencapai tujuan bisnis, sehingga gagasan tentang bisnis dan aplikasi yang composable akan menjadi tren utama.
Komunikasi Buka Peluang Bagi Developer Relations
Di tahun mendatang, sudah tampak Developer Relations. Hal ini masih merupakan bidang yang sangat baru, tetapi menurut Couchbase, ada nilai yang bisa diraih jika bersandar pada Developer Relations (DevRel) untuk melekatkan perspektif pengembang pada keputusan produk dan pemasaran.
Pengembang berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan, karena para developer inilah yang pada akhirnya harus menjalankan keputusan tersebut. Banyak orang melihat DevRel sebagai jenis pemasaran pengembang, dan itu benar. Namun, peluang komunikasi ini berjalan dua arah: mendengarkan pengembang dan menggunakan umpan balik mereka sebagai panduan. Banyak tim DevRel yang kurang dalam area itu, dan sering kali terlalu fokus pada komunikasi keluar, daripada komunikasi masuk.
Tren lainnya adalah DevRel sering diharapkan menjangkau banyak orang, dan membantu menciptakan “jagoan” untuk menjangkau lebih banyak orang. Namun, apa yang tidak boleh hilang dalam upaya untuk melakukan ini adalah interaksi yang sangat berharga antara satu individu dengan satu individu lainnya.
Membantu satu orang mempelajari satu hal baru, atau membantu satu tim kecil mempelajari tentang fitur yang akan menghemat waktu mereka, atau memahami sebuah masalah yang tepat, semuanya penting untuk dilakukan. Tim DevRel ingin menjangkau orang sebanyak mungkin, tetapi mereka tidak boleh meninggalkan individu dalam prosesnya.
"Edge dan AI 2.0" Mungkinkan Komputasi Tersebar
Komputasi akan menjadi lebih tersebar pada tahun 2022, berkat edge computing generasi terbaru. Saat ini, ada tren yang sedang berlangsung adalah membenamkan daya komputasi sebanyak mungkin ke perangkat kecil sehingga memungkinkan perangkat tersebut mengumpulkan data dan membuat keputusan sendiri. Hal ini mungkin dilakukan di bidang IoT, tetapi “Edge 2.0” akan mendorong evolusi ini lebih jauh.
Saat ini, edge membutuhkan perangkat untuk terhubung ke server pusat. Dengan Edge 2.0, perangkat dapat bekerja tanpa server pusat, berkat jaringan perangkat yang tersebar dan infrastruktur cloud yang terdesentralisasi. Tautan atau link akan terputus seluruhnya. Jaringan ini akan melihat perangkat berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat bekerja secara offline sepenuhnya. Dan ketika perangkat-perangkat ini harus menjangkau cloud, ada infrastruktur cloud yang lebih tersebar sehingga lebih sedikit sumber daya yang digunakan, dan pada gilirannya akan memberikan peningkatan nilai
Di sektor-sektor seperti pertambangan, maritim atau penerbangan, di mana konektivitas tidak bisa dijamin, pendekatan ini sudah berjalan dengan baik Namun, tahun ini akan terlihat perkembangan jaringan Edge di seluruh industri, karena bisnis mencari cara untuk mengurangi biaya dan mempercepat pengambilan keputusan, terlepas dari koneksi ke cloud. Edge 2.0 berpotensi mendisrupsi berbagai industri, baik itu dalam hal pengumpulan data, penggunaan real time analytics, atau penerapan lainnya.
Tahun ini diprediksi akan terjadi pergeseran dari AI 1.0, menuju versi AI yang lebih canggih yang akan melakukan lebih banyak pekerjaan berat. Jika AI 1.0 adalah tentang merampingkan operasi dengan mengotomatisasi tugas yang bersifat repetitif, AI 2.0 akan membawa kemampuan ke tingkat berikutnya.
Tahun ini, keterlibatan manusia dalam membantu orang membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cerdas akan berkurang karena AI akan dapat menganalisis kumpulan data yang sangat besar dalam hitungan detik, mengidentifikasi tindakan yang potensial, dan memberi end user pengambilan keputusan yang lebih efisien.
Didukung oleh data, AI 2.0 akan menghasilkan data dalam jumlah besar, jauh lebih besar daripada jumlah yang dapat dikelola manusia secara manual. Akibatnya, organisasi akan terus berusaha untuk melakukan pendekatan otonom terhadap pengelolaan data. Artinya, mesin ini akan menangani data yang dihasilkan mesin untuk membantu manusia membuat keputusan dengan lebih cerdas.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR