Selama dua tahun terakhir, pengalaman digital sangat diandalkan oleh dunia. Memasuki tahun 2022, walaupun orang-orang sudah kembali berbisnis dan menjalankan tugas secara offline, permintaan terhadap pengalaman digital pun tetap berjalan.
Perusahaan yang beroperasi secara digital telah memberikan ekspektasi bagi pelanggannya untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan siber yang lebih baik.
Di Indonesia, misalnya, terdapat permintaan masyarakat untuk memaksimalkan keamanan pada aplikasi pengamat vaksin yang resmi dimiliki negara.
Banyak media melaporkan kesulitan pengguna aplikasi dalam memindai kode QR saat memasuki tempat publik atau menggunakan transportasi umum, bagaimana aplikasi menguras baterai ponsel mereka, dan akhirnya terjadi kebocoran data pengguna dari aplikasi tersebut.
Sementara itu, perusahaan pesaing dalam industri serupa seperti logistik dan pembayaran elektronik telah mengembangkan aplikasi mereka untuk berusaha menciptakan aplikasi yang mutakhir dan ramah bagi pengguna, dengan tujuan untuk menarik pelanggan.
Perusahaan-perusahaan ini membangun operasi berskala yang berpusat pada public cloud, misalnya, membuat aplikasi yang memberikan kinerja terbaik.
Operasi perusahaan yang diarahkan ke lingkungan public cloud untuk membangun aplikasi ini, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan skalabilitas, menyediakan pilihan produk yang dapat menurunkan biaya, dan meningkatkan kemampuan aplikasi itu sendiri.
Berdasarkan hasil laporan yang diterbitkan oleh perusahaan konsultan global BCG, mengungkapkan bahwa pertumbuhan pasar public cloud di Indonesia telah didorong oleh bisnis yang berbasis digital, dengan meningkatnya daya tarik dari pemain media, lembaga keuangan, pengecer, dan bisnis yang dikelola oleh keluarga konglomerat.
Laporan tersebut juga mengamati bahwa perusahaan teknologi berstatus Unicorn telah mengandalkan public cloud untuk mengembangkan bisnis mereka.
Sebuah perusahaan terknologi berstatus Unicorn yang menawarkan layanan kendaraan, logistik, dan pembayaran elektonik, juga mengandalkan public cloud untuk mendukung ratusan ribu transaksi yang terjadi bersamaan dan menganalisis sejumlah besar data untuk mengidentifikasi peluang baru termasuk dalam meningkatkan layanan mereka.
Selain itu, pengguna yang semakin aktif menggunakan public cloud yaitu industri keuangan. Bank dan perusahaan fintech telah membangun aplikasi untuk melayani komunitas di daerah terpencil, serta meningkatkan keterlibatan pelanggan sambil memastikan konektivitas seluler yang dapat diandalkan melalui public cloud.
Namun, perusahaan yang memulai pada lingkungan public cloud cenderung terlalu memprioritaskan kecepatan dan memanfaatkan layanan cloud-native secara eksklusif (layanan yang ditawarkan oleh penyedia cloud sebagai bagian dari platform mereka) yang dapat menghadirkan berbagai macam tantangan.
Pendekatan “cloud-native first”, sebuah penerapan operasi pada public cloud sering kali disertai dengan konsekuensi seperti berkurangnya keamanan dan penyesuaian, penguncian platform, dan pada akhirnya terdapat kelonjakan biaya yang disebabkan oleh peningkatan ketergantungan dan penggunaan cloud.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR