Tak hanya di dunia nyata, dunia maya juga memiliki tantangan tersendiri. Setiap tahun, tantangan keamanan di dunia maya juga meningkat, hampir di semua skala bisnis harus menghadapi tantangan yang sama bernama ransomware.
Hanya saja, saat ini ransomware lebih pragmatis dan fleksibel dalam melancarkan serangan. Untuk meningkatkan keberhasilan, pelaku ransomware membangun kemitraan jaringan bawah tanah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
IT Security Consultant PT Prosperita Mitra Indonesia, Yudhi Kukuh mengingatkan, meski secara jumlah masih kalah dengan malware lain, ancaman ransomware merupakan agresor utama dalam dunia maya, ancaman paling berbahaya dengan implikasi tak terkira.
“Dampak serangan ransomware dapat berbuntut pada stabilitas keamanan jangka panjang. Perusahaan atau setiap individu perlu memiliki panduan perlindungan ransomware sebagai pedoman dasar saat dalam ancaman ransomware,” jelas Yudhi.
Ransomware bekerja dengan cara memblokir akses atau mengenkripsi data pada perangkat korban yang terinfeksi, selanjutnya pelaku mengharuskan korban membayar sejumlah tebusan jika ingin mendapatkan akses.
Ransomware merupakan kejahatan pemerasan dunia maya, yang kemudian terus berkembang menjadi pemerasan ganda atau double extortion. Usai memeras untuk mendapatkan kunci dekripsi untuk membuka file yang dienkripsi/sandera, langkah berikutnya mereka memeras dengan mengancam akan membocorkan data yang sudah mereka curi.
Ransomware memiliki beberapa jenis yang digunakan aktor jahat untuk memeras uang tebusan:
Ransomware sering dikenal dengan nama kode strain malware, seperti AIDS Trojan, yang pertama kali muncul 30 tahun lalu. Sejak itu, nama-nama seperti GPcode, Achievus, Trojan WinLock, Reveton dan CryptoLocker telah menjadi berita utama untuk malapetaka yang mereka sebabkan. Dalam dekade terakhir, LockerPIN, Ransom32, WannaCry, Goldeneye dan Petya muncul. Dan baru-baru ini, geng kejahatan dunia maya menggunakan varian RaaS, REvil, dan Conti.
KOMENTAR