Perusahaan konsultasi politik Cambridge Analytica terpaksa bangkrut dan menghentikan kegiatan operasinya karena kebocoran 87 juta data pengguna Facebook masifnya pemberitaan media yang membuat klien perusahaan mundur satu persatu.
Perusahaan konsultasi itu tertangkap basah menggunakan data pengguna Facebook untuk kepentingan politik seperti memenangkan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Kabar tak sedap itu terungkap dari laporan chairman perusahaan induk Cambridge Analytica, SCL Group. "Tidak hanya Cambridge Analytica yang tutup, tapi SCL Group juga tutup secara keseluruhan," kata Nigel Oakes (Pendiri SCL Group)
Oakes mengatakan banyak badan investigasi pemerintah dan swasta yang menyelidikan SCL Group dan Cambridge Analytica terkait kebocoran data pengguna Facebook. Para anggota dewan SCL Group pesimis pemulihan reputasi dan citra perusahaan dapat mengembalikan nama baik SCL Group dan Cambridge Analytica.
"Reputasi kami sudah hancur dan kepercayaan klien terlanjur hilang. Para pekerja harus segera mengembalikan kartu kunci kantor segera mungkin," katanya seperti dikutip The Wall Street Journal.
SCL Group menepis pemberitaan media yang tanpa fakta dan sangat menyudutkan dan perusahaan analisis politik telah menyewa investigator pihak ketiga, Jullian Malins untuk menyelidiki tuduhan yang salah tersebut. Perusahaan itu menyebut bahwa hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa tuduhan itu tidak dibuktikan dengan fakta.
"Dalam beberapa bulan terakhir, Cambridge Analytica telah menjadi subjek banyak tuduhan tak berdasar. Kepungan berita media telah mengusir hampir semua pelanggan dan pemasok perusahaan. Karyawan kami yang berdedikasi telah belajar bahwa mereka kehilangan pekerjaan akibat dari peliputan negatif media yang tidak adil," ujarnya/
Dalam pernyataan resminya, Cambridge Analytica menyebutkan bahwa mereka tengah mengajukan pernyataan pailit lantaran ketidakmampuan membayar utang ke pemerintah Inggris dan akan mengurus hal serupa dengan usahanya yang terdaftar di Amerika Serikat.
Sebagai informasi, Cambridge Analytica telah mencuri dan menyimpan jutaan data pribadi pengguna Facebook. Perusahaan mendapatkan data itu dari pihak ketiga, bernama Aleksandr Kogan, yang kerap membuat survei dan kuis kepribadian di Facebook.
Aplikasi survei dan kuis yang dibuat oleh Kogan hanya diunduh oleh 270.000 orang pengguna. Namun efeknya mengena hingga ke 50 juta orang pengguna, karena aplikasi mampu mengakses data-data milik teman sang pengunduh.
Bahkan, efeknya mencapai 87 juta pengguna. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 1 juta orang pengguna Facebook yang data pribadinya terkena dampak pencurian tersebut.
Source | : | The Wall Street Journal |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR