Saat ini, adopsi cloud sudah tidak terelakkan lagi. Survei yang dilakukan Microsoft dan Harris Poll menunjukkan, 93% responden menyebut akan meningkatkan adopsi teknologi cloud dalam tiga tahun ke depan. Hal ini tidak lepas dari manfaat yang telah dirasakan perusahaan dari teknologi cloud. Tiga manfaat utama adalah peningkatan efisiensi, kelincahan dalam menghadapi perubahan, serta kecepatan kolaborasi antar unit di dalam organisasi.
Temuan lain yang menarik dari survei ini adalah, adopsi cloud ke depan akan mengarah pada hybrid dan multicloud. Hal ini tercermin dari jumlah responden yang mengaku akan meningkatkan kapasitas hybrid cloud (72% responden) dan multi cloud (67%).
Sekadar mengingatkan, hybrid cloud adalah perpaduan antara infrastruktur on-premise (yang dikelola sendiri) dengan public cloud. Sementara multi cloud adalah infrastruktur yang memadukan beberapa public cloud.
Akan tetapi, pendekatan hybrid dan multi cloud juga menimbulkan konsekuensi. Sebanyak 74% responden mengaku, mengelola infrastruktur digital yang tersebar di on-premise dan berbagai public cloud adalah sebuah tantangan tersendiri. Pasalnya, masing-masing enviroment membutuhkan tools khusus, sehingga menambah kompleksitas dalam pengelolaan infrastruktur digital.
Mengapa Microsoft Arc Penting
Kesulitan inilah yang coba dijawab Microsoft melalui Azure Arc. Secara konsep, Azure Arc adalah perangkat yang memungkinkan tim TI mengelola workload di berbagai environment dari satu jendela atau control plane. Jadi tim TI cukup menggunakan Azure Arc untuk mengelola berbagai workload, apakah itu yang berada di on-premise, di Microsoft Azure, maupun yang berada di layanan cloud lain.
Environment yang didukung Azure Arc pun terbilang luas. Contohnya server (atau virtual server) yang menggunakan sistem operasi Windows dan Linux. Azure Arc juga bisa mengelola cluster berbasis Kubernetes serta SQL Server.
Cara memanfaatkan Azure Arc pun menjadi salah satu materi yang ditunjukkan Microsoft pada Microsoft Dev//Verse 2022 hari 3 yang berlangsung beberapa waktu lalu. Pada acara tersebut, Gatot Indrawan (Partner Technology Strategy Microsoft Indonesia) serta Helmi Bawazier (Cloud Technology Specialist PT. Awan Integrasi Sandidata) menunjukkan langkah demi langkah integrasi Kubernetes ke dalam Azure Arc.
“Pengalaman kami menunjukkan, banyak customer yang memiliki puluhan, ratusan, bahkan ribuan aplikasi yang berjalan di IT Environment yang beragam,” ungkap Gatot menggambarkan tantangan saat ini. “Tools yang digunakan untuk pengelolaan pun berbeda-beda sehingga menimbulkan kompleksitas tersendiri,” tambah Gatot.
Gatot menjelaskan, Azure Arc terdiri dari dua tools. Tools pertama adalah Azure Arc enabled infrastructure, yang digunakan untuk mengelola dan melihat inventori layaknya native Azure resources. Sementara tools kedua adalah Azure Arc-enabled Services, yang memungkinkan kita menjalankan Azure Services (yang biasanya cuma tersedia di server Azure) di on-premise maupun public cloud lain. “Contohnya seperti Azure Threat Analytics, Azure Monitor, dan lainnya,” ungkap Gatot.
Untuk melihat langsung bagaimana menghubungkan server di berbagai environment menggunakan Azure Arc, Anda bisa menyaksikan video di bawah ini. Di video yang sama, Anda juga mendapatkan berbagai demo pemanfaatan tools yang disediakan Microsoft demi kemudahan developer.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR