Xiaomi sukses membuat stigma positif di pelanggan yaitu smartphone berkualitas bagus dengan harga murah, mengingat Xiaomi tidak mengambil banyak untung.
Kini, Lei Jun (CEO Xiaomi) kembali mempertegas dan selalu memegang prinsip sebagai vendor smartphone yang menghadirkan smartphone berspesifikasi tinggi dengan harga terjangkau.
"Saya berjanji hanya akan mengambil untung hanya 5 persen dari harga penjualan," katanya di sela-sela peluncuran Mi 6X di Wuhan University, Tiongkok.
Xiaomi berjanji hanya akan mengambil keuntungan bersih lima persen di luar pajak dan biaya operasional lainnya dari setiap produknya yang terjual. Produk-produk Xiaomi yang dimaksud mencakup smartphone, perangkat Internet of Things (IoT), dan perangkat gaya hidup semacam wearable.
Xiaomi harus menciptakan perbedaan di pasar, mengingat banyak kompetitornya yang mengambil untuk besar. Namun, Xiaomi sadar persaingan makin sengit dan pasar sudah cerdas memilih produk-produk berkualitas tapi menawarkan harga yang ramah kantong.
Hebatnya, Xiaomi berhasil mematahkan stigma buruk produk-produk teknologi asal Tiongkok yang cepat rusak dan tidak berkualitas.
Xiaomi lebih mengejar kuantitas untuk mendapatkan untung yang banyak, tidak peduli untung kecil yang penting produknya laris manis di pasar. Xiaomi menjadi primadona di mata pelanggan karena mampu menawarkan harga smartphone yang masuk akal.
Bayangkan!, harga produksi Samsung Samsung Galaxy S9+ hanya Rp 5,2 jutaan saja tetapi Samsung menjual smartphone flagship itu sekitar Rp12 jutaan. Samsung mengambil untung 56 persen.
Selain itu, biaya produksi iPhone 8 hanya Rp3,4 juta tetapi Apple menjualnya Rp10,7 juta. Apple mengambil keuntungan mencapai 68 persen, meski belum bersih.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR