Layanan CA, atau PSrE yang didasarkan pada Undang Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE), dapat digunakan untuk beberapa model bisnis, seperti identity proofing atau pembuktian identitas, authentication services atau layanan otentikasi untuk manajemen akses, hingga digital signatures atau tanda tangan elektronik.
Belajar dari berbagai studi kasus di luar negeri, laporan DSInnovate juga menemukan beragam solusi digital trust seperti SingPass (Singapura), Entrust (US), Atos (Eropa) yang telah didukung oleh regulasi perlindungan data serta privasi yang ketat di masing-masing negara ataupun standar global seperti WebTrust, Adobe Approved Trusted List (AATL) dan ISO27001.
Sebagai PSrE non-instansi pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi WebTrust dan tercatat dalam AATL sejak 2020, VIDA menjelaskan pentingnya prinsip beyond compliance mengingat peran krusial dari CA dalam memberikan jaminan atas keamanan dan trust dari para platform digital bagi penggunanya, dan mendukung proses bisnis para partner.
Sati menambahkan “Pada awal 2022 ini, VIDA telah menjadi trusted service provider di Indonesia dari perusahaan teknologi global seperti Microsoft, Adobe, dan DocuSign, karena keseluruhan proses kami telah diaudit secara independen sebagai jaminan keamanan data pelanggan. Ketika para partner bisnis memutuskan bekerja sama dengan VIDA, mereka juga perlu yakin bahwa kerjasama ini tak hanya dapat memastikan legalitas dan compliance dari sisi aturan, namun juga bagaimana CA seperti VIDA dapat memberikan nilai tambah bagi bisnis serta pengalaman pengguna mereka yang cepat dan mudah. Disinilah VIDA dengan value kami yakni Speed, Scale, dan Secure terus hadir sebagai growth partner terpercaya dalam mendampingi tiap partner dalam proses transformasi digital yang dilakukan.”
Value yang ditawarkan VIDA tersebut juga diamini laporan terbaru mengenai digital trust, yakni “2022 Global Digital Trust Insight Survey”.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2022, fokus CEO perusahaan mengenai keamanan siber mengalami pergeseran menuju pengembangan rasa percaya (trust) dan pertumbuhan bisnis (growth).
Sebanyak 54% CEO secara global memilih objektif jangka panjang dengan fokus pada pertumbuhan perusahaan, dibanding fokus keamanan tradisional yang bersifat teknis dan jangka pendek.
Beberapa fokus jangka panjang tersebut diantaranya membangun trust dengan pelanggan, terutama dalam hal menjaga data pelanggan secara etis, kemudian mencari cara agar bisnis berbasis trust dapat bersaing dan terus tumbuh, serta bagaimana mendorong transformasi digital organisasi, agar memitigasi tantangan keamanan siber dan privasi.
Baca Juga: Jelang Penerapan Kerja Hybrid, Poly Luncurkan Produk Baru Pro Grade
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR