Di tengah percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia yang menjadi salah satu kunci pemulihan ekonomi pasca pandemi, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) / PII terus melakukan transformasi digital dalam menjalankan mandat negara untuk mengelola risiko penjaminan pembiayaan dalam skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan cara yang aman serta modern.
Dalam transformasi digital ini, PII menggandeng Microsoft untuk menyediakan dan mendukung proses migrasi melalui sejumlah solusi produktivitas dan kolaborasi, analisis data, serta keamanan siber.
Direktur Utama PII Muhammad Wahid Sutopo menyampaikan bahwa saat ini PII tengah menjamin 42 proyek dengan nilai investasi lebih dari Rp470 triliun.
“Menyadari sifat bisnis yang high contact, di mana kami harus menjaga hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan yang merupakan decision maker, komunikasi mutlak diperlukan. Pandemi menyadarkan kami bahwa komunikasi digital saat ini lebih efektif untuk mendukung kegiatan operasional dalam menjalankan mandat yang ditugaskan kepada kami, dibandingkan komunikasi secara konvensional. Oleh karena itu, percepatan transformasi digital segera kami lakukan,” ujar Sutopo.
Cloud Membantu Perusahaan Mengelola Manajemen Risiko
Sejak tahun 2021, PII mulai memanfaatkan ekosistem Microsoft 365 dengan Microsoft Teams sebagai hub utamanya untuk melakukan chatting dan conference, menulis catatan rapat, mendapatkan rekaman rapat, melakukan kerja kolaboratif dalam satu dokumen yang sama, mengelola penyimpanan data (storage), mendistribusikan tugas, serta melakukan penjadwalan—semua dalam satu platform.
Untuk mempercepat proses bisnis, PII juga bertransisi ke otomatisasi persetujuan dan penandatanganan dokumen secara digital menggunakan PowerAutomate di dalam Microsoft Teams.
Fleksibilitas, kapabilitas multifungsi dalam satu tempat, platform yang ramah pengguna, serta protokol keamanan yang ada di dalam platform menjadi keunggulan yang sangat dibutuhkan PII.
Pengelolaan end-user device menjadi lebih mudah, aman, serta memberi kesiapan bagi perusahaan untuk implementasi kebijakan Bring Your Own Device (BYOD).
Kemampuan ini juga memungkinkan seluruh karyawan PII untuk bekerja dari mana saja seraya memitigasi risiko kebocoran data sensitif dan mencegah serangan pada sistem informasi perusahaan.
Sutopo menambahkan bahwa meski belum genap setahun, pihaknya sudah merasakan manfaat dari digitalisasi ini, khususnya dari sisi penyimpanan dokumen yang semula terpisah-pisah dengan banyak versi.
Saat ini, setiap karyawan hanya membutuhkan link untuk mengakses satu dokumen yang sama. Sutopo pun menceritakan pengalamannya dalam satu kesempatan di mana beliau pernah meninggalkan komentar revisi di satu dokumen sebelum naik pesawat dan beliau dapat langsung melihat hasil revisi tersebut di link yang sama ketika mendarat. Data terbaru pun dapat digunakan kapan saja dibutuhkan.
“Menurut saya, digitalisasi ini membuat kerja kolaborasi kami jadi lebih efektif dan terorganisasi. Kami juga akan mempelajari potensi untuk menerapkan kerja hybrid, menggabungkan kerja tatap muka dan digital tergantung preferensi karyawan. Dengan fondasi yang kuat melalui sistem dan alat kolaboratif yang dimiliki, maka akan mempermudah rencana tersebut ke depannya,” tambah Sutopo.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR