Sejumlah asosiasi industri TIK Indonesia terkemuka dan para ilmuwan dari beberapa universitas ternama mengambil bagian dalam Huawei Indonesia Innovation Open Day, bertajuk Transformasi Digital untuk Indonesia yang Lebih Terhubung dan Cerdas.
Konferensi ini bertujuan untuk menyediakan platform kolaborasi serta memfasilitasi pertukaran gagasan antar para pelaku dan pemangku kepentingan terkemuka mengenai digitalisasi sebagai upaya dalam mendorong transformasi digital Indonesia.
Jacky Chen, CEO Huawei Indonesia menegaskan visi Huawei yang sangat terang benderang mengenai dunia yang lebih baik.
“Kami menyebutnya Intelligent World 2030. Di dunia ini, teknologi digital akan merevolusi segalanya, dari hidup keseharian hingga operasi industri. Kita menyaksikan dunia yang lebih terhubung, cerdas serta digital. Dalam hal inovasi, Huawei percaya pada kekuatan kolaborasi. kami akan berinovasi bersama seluruh ekosistem. Kami percaya berkat kerja sama dengan para mitra dari industri dan akademis, kita dapat memformulasikan sinergi yang lebih kuat bagi Indonesia yang lebih inovatif dan dinamis. Huawei percaya Indonesia akan menjadi hub yang paling inovatif bagi perkembangan di masa depan. Gelaran KTT G-20 di bulan November adalah momentum bagi Indonesia untuk memainkan peran kepemimpinannya di kancah global,” tegas Jacky.
Sarwoto Atmosutarno, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengatakan bahwa saat ini, penting bagi seluruh asosiasi industri untuk senantiasa berkomitmen mendukung pemerintah Indonesia sebagai upaya pemulihan ekonomi dan mencegah dari ancaman krisis.
“Digitalisasi dan transformasi harus menjadi inti dari setiap inovasi yang kita buat bersama. Dalam hal ini, kolaborasi kami dengan penyedia TIK global terkemuka seperti Huawei dapat membantu menerapkan transformasi yang lebih komprehensif yang sesuai dengan standar teknologi yang diakui secara internasional, meningkatkan kesiapan digital dan menyediakan penguatan yang diperlukan bagi infrastruktur jaringan,” kata Sarwoto.
Sementara itu, Muhammad Arif, Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), mengatakan bahwa pandemi telah mempercepat pertumbuhan pengguna internet secara eksponensial.
“Menurut survei APJII pada tahun 2021, 77 persen penduduk Indonesia atau setara dengan 210 juta telah terhubung ke Internet. Namun, masih ada sisa populasi yang belum terhubung. Ke depan, kita perlu meningkatkan upaya bersama untuk menjembatani kesenjangan digital. Kami melihat Huawei sebagai salah satu penyedia TIK yang memiliki komitmen kuat untuk menghubungkan yang tidak terhubung melalui inovasi pengembangan infrastruktur jaringan. Kami berharap lebih banyak perusahaan yang akan berpartisipasi dalam membangun Indonesia agar terhubung dengan lebih baik,” ujar Arif.
Sementara itu, Soegiharto Santoso, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (Aptiknas) yang hingga saat ini memiliki 29 DPD dari Aceh hingga Papua dan memiliki sekitar 2000 anggota memberikan apresiasi atas upaya Huawei yang berkelanjutan dalam mengembangkan kompetensi talenta digital di Indonesia.
"Talenta digital berperan kritikal dalam menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Setiap pemangku kepentingan harus berpartisipasi aktif dalam mengembangkan kecakapan talenta digital masa depan dan memastikan keterampilan serta pengetahuan yang diperlukan akan diteruskan. Inisiatif pengembangan talenta digital yang dilakukan Huawei dapat menjadi contoh baik untuk diikuti oleh pemain industri lainnya, dan kami memiliki LSP SDM TIK, sehingga bila dibutuhkan sertifikasi kompetensi profesi dibidang dimaksud, maka kami siap bersinergi serta berkolaborasi," tutur Soegiharto.
Selama konferensi yang dilangsungkan, beberapa pakar dari Huawei Indonesia juga berbagi wawasan teknologi mereka dan memperkenalkan solusi dan inovasi terbaru Huawei.
Turut hadir pula pimpinan asosiasi industri TIK Indonesia lainnya, antara lain Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Indonesia (Apjatel), Asosiasi IOT Indonesia (Asioti), Asosiasi Big Data dan AI (ABDI), Hotel Information and Technology Association Indonesia (HITA), Indonesia Cyber Security Forum, ISACA Indonesia Chapter, Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia serta akademisi TIK dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Telkom, Universitas Indonesia, Universitas Bina Nusantara, dan Universitas Bunda Mulia.
KOMENTAR