Rendang, rendang, dan rendang. Itulah yang dihidangkan setiap hari ketika berkunjung ke Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Kota yang terletak 120 km dari Kota Padang ini memang terkenal sebagai sentra UMKM penghasil rendang, makanan terlezat di dunia versi CNN.
Di Kota Payakumbuh, Anda bukan hanya bertemu rendang daging potong seperti yang kita kenal selama ini. Setidaknya ada 30 jenis rendang yang dibuat di kota ini, mulai dari rendang telur, suir, paru, ayam, jamur, daging giling, hingga rendang jengkol.
Rendang-rendang ini dibuat oleh industri rumahan dan dijual ke berbagai tempat. Ada produsen yang langsung membuka gerai besar seperti halnya Yolanda, Riry, dan beberapa nama terkenal lainnya. Ada pula yang memilih menitipkan rendangnya ke penjual di Bukittinggi dan beberapa kota lainnya di Sumatera Barat.
Salah satu pengusaha rendang adalah Ira Zahar. Menurut pemilik UMKM bernama Rendang Minang, UMKM rendang di Payakumbuh ini termasuk yang paling giat memproduksi, walaupun ada kendala di pemasaran, terutama untuk ekspor.
“Untuk ekspor kan syaratnya macam-macam, harus dapat SNI, Sertifikasi ISO dan sebagainya. Syarat mendapatkan ISO juga enggak mudah. Selain harus menyiapkan dana yang lumayan, dapur harus sesuai standar, takaran harus pas dan konsisten. Sementara kami, UMKM di sini kan nggak punya kapasitas untuk memenuhi itu semua. Dapur masih manual, pekerja terbatas, takaran masih meraba-raba sehingga tak bisa konsisten. Enggak mungkin juga membuat produksi dalam skala besar,” tutur Ira yang juga menjabat sebagai Ketua Koperasi Sentra Rendang Payo.
Buat Sentra Rendang
Untuk mengatasi masalah itulah, pemerintah Kota Payakumbuh membuat sebuah “dapur bersama” yang diberi nama Sentra Rendang. Di Sentra Rendang ini ada 3 buah mesin pembuat bumbu rendang yang dijalankan dengan sistem komputerisasi sehingga takaran, mutu, dan kualitasnya terjamin.
Selain itu, dengan adanya pengolahan dengan sistem komputerisasi ini pembuatan bumbu rendang dapat dilakukan dalam waktu lebih cepat dibandingkan cara konvensional sehingga bisa memenuhi permintaan dari pihak luar. Dalam sehari, Sentra Rendang ini dapat memproduksi hingga 3 ton bumbu rendang.
Ditemui saat menjamu pengusaha dari Jerman di Sentra Rendang, Wakil Walikota Payakumbuh, Erwin Yunaz, mengatakan bahwa Sentra Rendang ini dibuat oleh pemerintah Kota Payakumbuh sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas rendang UMKM sehingga bisa diterima ke luar negeri.
“Saat ini, sentra rendang sudah memiliki beberapa sertifikat perizinan dan standardisasi di antaranya izin edar pangan olahan (MD) dari BPOM RI untuk sembilan varian produk, sertifikat halal dari MUI, Sertifikat Keamanan Pangan Internasional (HACCP), Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV), SNI, dan dalam waktu dekat, insya Allah, juga akan menerima sertifikat manajemen keamanan pangan internasional ISO 22000,” urainya.
Pengusaha UMKM yang tergabung dalam Koperasi Payo dapat menyewa “dapur” yang berlokasi di kelurahan Padang Kaduduk ini untuk memproduksi bumbu rendang dengan labelnya sendiri. Harga sewanya cukup murah, hanya 300 ribu rupiah per harinya.
Mereka juga bisa bekerja sama untuk menembus pasar internasional—yang biasanya kuantitas permintaannya cukup banyak—dengan menggunakan label bersama yang diberi nama “Ikosero”.
Mempermudah Perizinan UMKM
Para pengusaha UMKM yang tidak tergabung dalam koperasi dan tidak memproduksi rendangnya di Sentra Rendang tetap mendapat perhatian penuh pemerintah Kota Payakumbuh. Mereka diberikan kemudahan izin dan pelatihan-pelatihan.
Seperti yang diakui pemilik Ibu Ita, pemilik Dapoer Rendang Riry di Kecamatan Lamposi—daerah yang terkenal sebagai pusat pengusaha rendang di Kota Payakumbuh. Menurut pengusaha rendang yang rutin mengirim produknya ke berbagai daerah di Indonesia ini dukungan Pemerintah Kota Payakumbuh amat terasa.
“Izin dibantu dan dipermudah, bahkan ada yang gratis. Termasuk izin MD (BPPOM), LPPOM MUI, izin KIRT dari Departemen Perindustrian, dan sebagainya. Kami juga sering diajak pameran. Ke Jakarta, ke seluruh Indonesia, ke Jerman, yang terakhir ke Jeddah bareng Pak Wali” pungkasnya.
Branding sebagai “The City of Rendang”
Pemerintah Kota Payakumbuh serius dalam mengembangkan rendang ini. Selain membuat sentra rendang dan mempermudah izin UMKM, mereka juga mem-branding kotanya sebagai The City of Rendang. Menurut Erwin, hal ini dilakukan untuk menjaga kearifan lokal, tradisi, dan budaya kuliner rendang yang sudah turun temurun dari nenek moyang.
“Agar orang yang datang ke sini itu ingat bahwa rendang itu Payakumbuh. Payakumbuh itu rendang,” tukasnya.
Ke depannya, mereka juga akan membuat sekolah khusus “School of Rendang” yang mempelajari kuliner Minangkabau, khususnya rendang. Sekolah ini akan didirikan di depan Sentra Rendang.
Branding sebagai Kota Rendang ini juga menjadi pembahasan dalam bimbingan teknis Gerakan Menuju Smart City 2022 yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika dan digawangi oleh Ir. Windy Gambetta, MBA. Melalui program ini, Pemerintah Kota Payakumbuh memperoleh bimbingan membuat rencana induk smart city. Rencana induk ini diharapkan dapat mengakselerasi potensi Kota Payakumbuh; termasuk melekatkan image Kota Payakumbuh sebagai Kota Rendang.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR